Asam deoksiribonukleat (DNA)
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan singkatan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis
biomolekul yang menyimpan dan menyandi instruksi-instruksi genetika setiap organisme dan banyak jenis virus. Instruksi-instruksi genetika ini berperan penting dalam
pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi organisme dan virus. DNA merupakan asam nukleat; bersamaan dengan protein dan karbohidrat, asam nukleat adalah makromolekul esensial bagi seluruh makhluk hidup yang diketahui. Kebanyakan molekul DNA terdiri
dari dua unting biopolimer yang berpilin satu
sama lainnya membentuk heliks ganda. Dua unting DNA ini dikenal sebagai polinukleotida karena keduanya terdiri dari satuan-satuan molekul yang disebut nukleotida. Tiap-tiap nukleotida terdiri atas salah satu
jenis basa nitrogen (guanina (G), adenina (A), timina (T), atau sitosina (C)), gula monosakarida yang disebut deoksiribosa, dan gugus fosfat. Nukleotida-nukelotida ini kemudian
tersambung dalam satu rantai ikatan kovalen antara gula satu nukleotida dengan fosfat
nukelotida lainnya. Hasilnya adalah rantai punggung gula-fosfat yang
berselang-seling. Menurut kaidah pasangan basa (A dengan T dan C dengan G), ikatan hidrogen mengikat basa-basa dari kedua unting polinukleotida
membentuk DNA unting ganda
Dua unting DNA
bersifat anti-paralel, yang berarti bahwa keduanya berpasangan secara
berlawanan. Pada setiap gugus gula, terikat salah satu dari empat jenis
nukleobasa. Urutan-urutan empat nukleobasa di sepanjang rantai punggung
DNA inilah yang menyimpan kode informasi biologis. Melalui proses biokimia yang
disebut transkripsi,
unting DNA digunakan sebagai templat untuk membuat unting RNA. Unting RNA ini kemudian ditranslasikan untuk menentukan urutan asam amino protein yang dibangun.
Struktur kimia DNA
yang ada membuatnya sangat cocok untuk menyimpan informasi biologis setiap makhluk hidup. Rantai punggung
DNA resisten terhadap pembelahan kimia, dan kedua-dua unting dalam struktur
unting ganda DNA menyimpan informasi biologis yang sama. Karenanya, informasi
biologis ini akan direplikasi ketika dua unting DNA dipisahkan. Sebagian besar
DNA (lebih dari 98% pada manusia) bersifat non-kode, yang berarti bagian ini
tidak berfungsi menyandikan protein.
Dalam sel, DNA
tersusun dalam kromosom.
Semasa pembelahan sel, kromosom-kromosom ini diduplikasi dalam
proses yang disebut replikasi DNA. Organisme eukariotik (hewan, tumbuhan, fungi, dan protista)
menyimpan kebanyakan DNA-nya dalam inti sel dan sebagian kecil sisanya dalam organel seperti mitokondria ataupun kloroplas.[1] Sebaliknya organisme prokariotik (bakteri dan arkaea) menyimpan DNA-nya hanya dalam sitoplasma. Dalam kromosom, protein kromatin seperti histon berperan dalam penyusunan DNA menjadi struktur
kompak. Struktur kompak inilah yang kemudian berinteraksi antara DNA dengan
protein lainnya, sehingga membantu kontrol bagian-bagian DNA mana sajakah yang
dapat ditranskripsikan.
Para ilmuwan
menggunakan DNA sebagai alat molekuler untuk menyingkap teori-teori dan
hukum-hukum fisika, seperti misalnya teorema ergodik dan teori elastisitas. Sifat-sifat materi DNA yang khas membuatnya
sangat menarik untuk diteliti bagi ilmuwan dan insinyur yang bekerja di bidang
mikrofabrikasi dan nanofabrikasi material. Beberapa kemajuan di bidang material
ini misalnya origami DNA dan material hibrida berbasi DNA.[2]
DNA merupakan sebuah polimer yang terdiri dari satuan-satuan berulang yang
disebut nukleotida.[3][4][5] Tiap-tiap nukleotida terdiri dari tiga
komponen utama, yakni gugus fosfat, gula deoksiribosa, dan basa nitrogen (nukleobasa)[6]. Pada DNA, nukleobasa yang ditemukan adalah Adenina (A), Guanina (G), Sitosina (C) dan Timina (T). Nukleobasa yang terhubung dengan sebuah
gugus gula disebut sebagai nukleosida,
dan nukleosida yang terhubung dengan satu atau lebih gugus fosfat disebut
sebagai nukleotida.
Polimer yang terdiri dari nukleotida yang saling terhubung menjadi satu rantai
disebut sebagai polinukleotida.[7] Sehingga DNA termasuk pula ke dalam
polinukleotida.
Rantai punggung unting
DNA terdiri dari gugus fosfat dan gula yang berselang-seling.[8] Gula pada DNA adalah gula pentosa (berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua
gugus gula terhubung dengan fosfat melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu
gula dan atom karbon kelima pada gula lainnya. Ikatan yang tidak simetris ini
membuat DNA memiliki arah atau orientasi tertentu. Pada struktur heliks ganda,
orientasi rantai nukleotida pada satu unting berlawanan dengan orientasi
nukleotida unting lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel. Kedua ujung asimetris DNA disebut sebagai 5' (lima prima) dan
3' (tiga prima). Ujung 5' memiliki gugus fosfat terminus, sedangkan ujung 3'
memiliki gugus hidroksi terminus. Salah satu perbedaan utama DNA dan RNA adalah
gula penyusunnya, yakni gula 2-deoksiribosa pada DNA digantikan gula ribosa pada RNA.[9]
Dalam organisme hidup,
DNA biasanya ditemukan dalam bentuk berpasangan dan terikat kuat.[10][9] Dua unting DNA saling berpilin membentuk heliks ganda. Heliks ganda ini distabilisasi oleh dua gaya utama: ikatan hidrogen antar nukleotida dan interaksi tumpukan antar
nukleobasa aromatik.[11] Dalam lingkungan sel yang berair, ikatan π konjugasi antar basa nukleotida tersusun tegak
lurus terhadap sumbu pilinan DNA. Hal ini meminimalisasi interaksi dengan cangkang solvasi, dan sehingganya menurunkan energi bebas Gibbs.
Struktur DNA semua
jenis spesies terdiri dari dua rantai heliks yang berpilin dengan jarak antar
putaran heliks 34 Ã… (3,4 nanometer) dan jari-jari 10 Ã…
(1.0 nanometer).[12]Menurut kajian lainnya, ketika diukur
menggunakan larutan tertentu, rantai DNA memiliki lebar 22-26 Ã…
(2,2-2,6 nanometer) sedangkan satu satuan nukleotida memiliki panjang
33 Ã… (0,33 nm).[13] Walaupun satuan nukleotida ini sangatlah
kecil, polimer DNA dapat memiliki jutaan nukleotida yang terangkai seperti
rantai. Misalnya, kromosom 1 yang merupakan kromosom terbesar pada manusia mengandung sekitar
220 juta pasangan basa.[14]
Nukleobasa DNA
Nukleobasa
diklasifikasikan ke dalam dua jenis: purina (A dan G) yang berupa fusi senyawa heterolingkar beranggota lima dengan senyawa heterolingkar beranggota enam, dan pirimidina (C dan T) yang berupa cincin beranggota enam.[9] Pirimidina lainnya, urasil (U), biasanya menggantikan timina pada DNA.
Perbedaan urasil dengan timina terletak pada ketiadaan gugus metil pada cincin urasil. Selain kelima nukleobasa tersebut, terdapat
pula sejumlah besar analog asam nukleat buatan yang telah disintesis untuk mengkaji
sifat-sifat asam nukleat dan digunakan dalam bioteknologi.[15]
Urasil biasanya tidak
ditemukan dalam DNA (ditemukan dalam sel hanya sebagai produk uraian sitosina).
Namun pada sejumlah bakteriofag–
bakteriofag PBS1 dan PBS2 Bacillus subtilis dan bakteriofag piR1-37 Yersinia– timina telah digantikan oleh urasil.[16] Fag lainnya - fag S6
Staphylococcus - juga telah diidentifikasi mempunyai urasil pada genomnya.[17]
Basa J (beta-d-glukopiranosiloksimetilurasil) yang merupakan bentuk
modifikasi dari urasil juga dapat ditemukan pada sejumlah organisme: flagellata Diplonema dan Euglena, dan seluruh organisme marga kinetoplastid[18] Biosintesis basa J terjadi dalam dua tahap:
pada tahap pertama, basa timina spesifik pada DNA diubah menjadi
hidroksimetildeoksiuridina (HOMedU); pada tahap kedua HOMedU diglikosilasi
menjadi basa J.[19] Protein-protein yang mengikat basa J ini juga
telah berhasil diidentifikasi.[20][21][22] Protein-protein ini tampaknya merupakan
kerabat jauh dari onkogen Tet1 yang terlibat dalam patogenesis leukimia myeloid akut.[23] Basa J tampaknya bekerja sebagai sinyal
terminasi untuk RNA polimerase II.[24][25]
Alur DNA
Pada struktur heliks
ganda DNA, terdapat ruang antar unting DNA yang juga berbentuk alur heliks.
Ruang kosong ini bersebelahan dengan pasangan basa dan merupakan tapak ikatan yang potensial. Dikarenakan kedua unting DNA tidak berposisi
secara simetris satu sama lainnya, alur yang dihasilkan jugalah tidak berukuran
sama. Satu alur yang disebut alur mayor, memiliki lebar 22 Ã…, sedangkan
alur lainnya yang disebut alur minor, memiliki lebar 12 Ã….[26] Lebarnya alur mayor berarti bahwa tepi-tepi
basa nukleotida dapat lebih mudah diakses melalui alur mayor daripada melalui
alur minor. Akibatnya, protein-protein seperti faktor-faktor transkripsi yang mengikat pada urutan basa tertentu biasanya melakukan
kontak dengan basa melalui alur mayor.[27] Situasi ini dapat bervariasi pada konformasi
DNA yang tak lazim dalam sel, walaupun alur mayor dan minor selalu dinamai
demikian untuk menrefleksikan perbedaan ukuran yang terlihat apabila DNA
dipuntir balik menjadi bentuk lazim B.
Pemasangan basa
Pada heliks ganda DNA,
tiap jenis nukleobasa pada satu unting DNA berikatan hanya dengan satu jenis
nukleobasa dari unting DNA lainnya. Hal ini disebut sebagai pemasangan basa komplementer. Purina akan membentuk ikatan hidrogen dengan pirimidina; adenina berikatan dengan
timina dalam dua ikatan hidrogen, dan sitosina berikatan dengan guanina dalam
tiga ikatan hidrogen. Susunan dua nukleotida ini disebut sebagai satu pasangan
basa. Karena ikatan hidrogen tidak bersifat kovalen, ia dapat putuskan dan digabung kembali
relatif mudah. Kedua unting DNA dalam heliks ganda oleh karenanya dapat ditarik
terbuka seperti zipper, baik melalui gaya mekanika maupun temperatur tinggi.[28] Karena pasangan basa ini bersifat
komplementer, semua informasi pada urutan unting ganda heliks DNA terduplikasi
pada tiap unting. Hal ini sangat penting dalam replikasi DNA. Interaksi
reversible dan spesifik antara pasangan basa komplementer sangat kritikal
terhadap keseluruhan fungsi DNA dalam makhluk hidup.[4]
Dua jenis pasangan
basa mempunyai jumlah ikatan hidrogen yang berbeda. Pasangan AT memiliki dua
ikatan hidrogen, sedangkan pasangan GC memiliki tiga ikatan hidrogen. DNA yang
mengandung pasangan basa GC yang tinggi lebih stabil daripada DNA berpasangan
basa GC rendah.
Sebagaimana telah
disebutkan di atas, kebanyakan molekul DNA ditemukan dalam keadaan unting ganda
yang berikatan secara non-kovalen dan berbentuk heliks. Struktur unting ganda
ini (dsDNA, double-stranded DNA) utamanya distabilkan oleh interaksi tumpukan
basa intra-unting. Interaksi yang terkuat ada pada tumpukan G dengan C. Kedua
unting tersebut dapat dipisahkan menjadi dua molekul DNA unting tunggal (ssDNA, single-stranded DNA) melalui proses yang dinamakan peleburan DNA. Peleburan terjadi pada temperatur tinggi, kadar garam yang
reandah, dan nilai pH yang tinggi (DNA juga melebur pada nilai pH rendah,
tetapi dikarenakan DNA tidak stabil akibat depurinasi asam, peleburan pH rendah
jarang digunakan).
Stabilitas dsDNA tidak
hanya bergantung pada kandungan GC (% pasangan basa G,C) DNA, namun juga
tergantung pada urutan basa (tumpukan basa) dan panjang molekul DNA tersebut
(molekul yang lebih panjang lebih stabil). Oleh sebab itu, kekuatan ikatan
antar dua unting DNA ditentukan oleh persentase pasangan basa GC dan
keseluruhan panjang heliks ganda DNA. Heliks DNA yang panjang dengan kandungan GC yang tinggi
memiliki interaksi antar-unting yang lebih kuat; sebaliknya heliks DNA yang
pendek dengan kandungan AT yang tinggi memiliki interaksi antar-unting yang
lebih lemah.[29] Dalam proses biologis, bagian heliks ganda DNA
yang perlu dipisahkan dengan mudah seperti kotak Pribnow TATAAT pada beberapa promotor cenderung memiliki kandungan AT yang tinggi.[30]
Stabilitas DNA dapat
diukur melalui berbagai cara; umumnya stabilitas DNA diukur berdasarkan
temperatur lebur DNA (disebut juga nilai Tm), yakni temperatur di mana 50% molekul DNA unting ganda melebur
menjadi molekul DNA unting tunggal. Temperatur lebur ini bergantung pada
kekuatan ionik dan konsentrasi DNA. Ketika seluruh pasangan basa dalam heliks
ganda DNA melebur, kedua unting DNA akan terpisah sebagai dua molekul yang
independen. Unting-unting tunggal DNA ini tidak memiliki bentuk tunggal yang
sama, walaupun beberapa konformasi lebih stabil daripada konformasi lainnya.[31]
Sense dan antisense
Sebuah urutan sekuens
DNA disebut sebagai "sense" apabila urutan basa DNA-nya sama dengan
urutan kopi RNA duta yang ditranslasikan
menjadi protein.[32] Urutan pada unting komplementernya disebut
sebagai urutan "antisense". Baik urutan sense dan antisense dapat
ditemukan pada berbagai bagian unting DNA yang sama (kedua unting DNA dapat
mengandung baik urutan sense maupun antisense). Pada prokariota dan eukariota,
urutan RNA antisense juga diproduksi, namun fungsi RNA antisense ini tidaklah
diketahui dengan jelas.[33] RNA antisense diajukan terlibat dalam regulasi ekspresi gen melalui pemasangan basa RNA-RNA.[34]
Pada sebagian kecil
urutan DNA prokariota dan eukariota, dan sebagian besar urutan DNA plasmid dan virus, perbedaan antara unting sense dan antisense menjadi kabur
dikarenakan terdapatnya gen yang tumpang tindih.[35] Dalam hal ini, beberapa urutan DNA memiliki
tugas ganda, yakni menyandikan protein pertama ketika dibaca melalui salah satu
unting, dan menyandikan protein kedua ketika dibaca dengan arah berlawanan
melalui unting komplementernya. Pada bakteri, ketumpangtindihan ini kemungkinan terlibat
dalam regulasi transkripsi gen.[36] Sedangkan pada virus, gen yang tumpang tindih
ini meningkatkan jumlah informasi yang dapat disandikan dalam genom virus yang
berukuran kecil.[37]
Pemilinan kumparan (Supercoiling
DNA dapat dipuntir
menjadi seperti tali melalui proses yang disebut pemilinan kumparan DNA. Pada kondisi "relaksasi", unting
DNA biasanya akan mengitari sumbu heliks ganda setiap 10,4 pasangan basa. Namun
jika DNA dipuntir, unting-untingnya dapat tergulung menjadi lebih rapat ataupun
tergulung menjadi lebih longgar.[38] Jika DNA dipuntir searah putaran heliks,
basa-basa dalam unting DNA akan terikat lebih rapat. Hal ini dinamakan
pemilinan kumparan positif. Sebaliknya jika DNA dipuntir berlawanan putaran
heliks, basa-basa dalam unting DNA akan terlepas lebih mudah. Hal ini dinamakan
pemilinan kumparan negatif. Secara alamiah, kebanyakan DNA memiliki bentuk
pemilinan kumparan negatif yang disebabkan oleh enzim topoisomerase.[39] Enzim ini juga diperlukan untuk melepaskan
tegangan puntiran yang dialami DNA semasa proses transkripsi dan replikasi.[40]
Struktur alternatif DNA
Terdapat banyak
kemungkinan konformasi-konformasi DNA yang dapat kita temukan, di
antaranya A-DNA, B-DNA, dan Z-DNA, walaupun hanya B-DNA dan Z-DNA saja yang telah diamati secara
langsung pada organisme fungsional.[8] Konformasi-konformasi yang diadopsi oleh DNA
bergantung pada tingkat hidrasi DNA, urutan DNA, tingkat dan arah pilinan
kumparan DNA, modifikasi kimiawi pada basa DNA, jenis dan konsentrasi ion-ion
logam, maupun keberadaan poliamina dalam larutan.[41]
Fungsi DNA
1. DNA
Berfungsi Sebagai Pembawa Informasi Genetik
Sifat pada materi
DNA yang unik membuat peneliti tertarik untuk lebih lanjut lagi mempelajari
tentang DNA. Hasilnya DNA dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi
sebuah kasus pembunuhan, hingga kasus kematian seseorang yang tidak diketahui
identitasnya.
DNA juga membantu
kinerja penegak hukum, karena dapat mengenali atau mengetahui informasi terkait
siapakah pelaku atau siapakah korban melalui tes DNA.
2. Berperan
dalam Duplikasi Diri dan Pewarisan Sifat
DNA dibundel ke
dalam 46 kromosom. Manusia memiliki 23 masing-masing berasal dari laki-laki dan
sel germinal perempuan. Hal ini dapat terjadi melalui proses yang
kompleks.
Lebih jelasnya sel-sel
germinal, spermatozoa dari pria dan sel telur atau ovum dari perempuan
masing-masing memasok setengah DNA kamu. Hal inilah yang membuat DNA berperan
dalam duplikasi diri dan pewarisan sifat.
3. Ekspresi
Informasi Genetik
DNA adalah dasar
dari kehidupan. Ini adalah molekul kompleks yang terdiri dari empat jenis basa,
silang terhubung seperti tangga, dan di pelintir menjadi spiral.
Semua empat protein
masing-masing terhubung dengan satu dan yang lainnya. Dan urutan semua pasangan
membentuk gen yang mendefinisikan siapa kamu serta semua organisme lain di
bumi. DNA juga mengandung semua pengkodean genetik yang digunakan untuk
mengontrol fungsi, perilaku dan pengembangan suatu organisme.
4. Fungsi
DNA untuk Forensik
Ilmuwan forensik
dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, air liur,
hingga rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk mengidentifikasi
kemungkinan tersangka. Pengidentifikasian ini biasanya disebut dengan
fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA.
5. Fungsi DNA
dalam Komputasi
DNA memiliki peran
penting dalam ilmu komputer, untuk riset dan juga sebagai salah satu contoh
bentuk cara komputasi. Contohnya saja teori database. Teori database juga
dipengaruhi oleh riset DNA yang memiliki masalah khusus untuk menaruh dan
memanipulasi urutan DNA. Database yang dikhususkan untuk riset DNA adalah
database genomik.
Itulah beberapa
fungsi DNA dalam tubuh manusia yang perlu kamu ketahui. Beberapa kegiatan
kedokteran dan bahkan hukum menggunakan struktur DNA untuk mengidentifikasi
penyakit, hingga mengidentifikasi identitas seseorang yang sudah tidak bisa
lagi dilihat dari fisiknya karena kecelakaan, tubuh yang terbakar, dan lain
sebagainya.
Fungsi biologis
Replikasi[
Replikasi merupakan proses
pelipatgandaan DNA. Proses replikasi ini diperlukan ketika sel akan membelah diri. Pada setiap sel, kecuali sel gamet, pembelahan diri harus disertai dengan
replikasi DNA supaya semua sel turunan memiliki informasi genetik yang sama. Pada dasarnya, proses replikasi
memanfaatkan fakta bahwa DNA terdiri dari dua rantai dan rantai yang satu merupakan "konjugat" dari rantai
pasangannya. Dengan kata lain, dengan mengetahui susunan satu rantai, maka
susunan rantai pasangan dapat dengan mudah dibentuk.
Ada beberapa teori yang
mencoba menjelaskan bagaimana proses replikasi DNA ini terjadi. Salah satu
teori yang paling populer menyatakan bahwa pada masing-masing DNA baru yang
diperoleh pada akhir proses replikasi; satu rantai tunggal merupakan rantai DNA
dari rantai DNA sebelumnya, sedangkan rantai pasangannya merupakan rantai yang
baru disintesis. Rantai tunggal yang diperoleh dari DNA sebelumnya tersebut
bertindak sebagai "cetakan" untuk membuat rantai pasangannya.
Proses replikasi
memerlukan protein atau enzim pembantu; salah satu yang terpenting dikenal
dengan nama DNA polimerase, yang merupakan enzim pembantu pembentukan
rantai DNA baru yang merupakan suatu polimer. Proses replikasi diawali dengan pembukaan
untaian ganda DNA pada titik-titik tertentu di sepanjang rantai DNA. Proses
pembukaan rantai DNA ini dibantu oleh enzim helikase yang dapat mengenali
titik-titik tersebut, dan enzim girase yang mampu membuka pilinan rantai DNA.
Setelah cukup ruang
terbentuk akibat pembukaan untaian ganda ini, DNA polimerase masuk dan mengikat
diri pada kedua rantai DNA yang sudah terbuka secara lokal tersebut. Proses
pembukaan rantai ganda tersebut berlangsung disertai dengan pergeseran DNA
polimerase mengikuti arah membukanya rantai ganda. Monomer DNA ditambahkan di
kedua sisi rantai yang membuka setiap kali DNA polimerase bergeser. Hal ini
berlanjut sampai seluruh rantai telah benar-benar terpisah.
Proses replikasi DNA
ini merupakan proses yang rumit namun teliti. Proses sintesis rantai DNA baru
memiliki suatu mekanisme yang mencegah terjadinya kesalahan pemasukan monomer
yang dapat berakibat fatal. Karena mekanisme inilah kemungkinan terjadinya
kesalahan sintesis amatlah kecil.
Penggunaan DNA dalam
teknologi
DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma, kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan
untuk mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut fingerprinting
genetika atau pemrofilan DNA (DNA
profiling). Dalam pemrofilan DNA panjang relatif dari bagian DNA yang
berulang seperti short tandem repeats dan minisatelit, dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan Enderby di Leicestershire, Inggris.
Banyak yurisdiksi
membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk menyediakan sebuah contoh
DNA untuk dimasukkan ke dalam database komputer. Hal ini telah membantu investigator
menyelesaikan kasus lama di mana pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA
yang diperoleh dari tempat kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini adalah
salah satu teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku
kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat
diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.
DNA dalam komputasi
DNA memainkan peran
penting dalam ilmu komputer, baik sebagai masalah riset dan sebagai
sebuah cara komputasi.
Riset dalam algoritma pencarian string, yang menemukan kejadian dari urutan huruf di dalam urutan
huruf yang lebih besar, dimotivasi sebagian oleh riset DNA, dimana algoritma
ini digunakan untuk mencari urutan tertentu dari nukleotida dalam sebuah urutan
yang besar. Dalam aplikasi lainnya seperti editor text, bahkan algoritma sederhana untuk masalah ini biasanya
mencukupi, tetapi urutan DNA menyebabkan algoritma-algoritma ini untuk
menunjukkan sifat kasus-mendekati-terburuk dikarenakan jumlah kecil dari
karakter yang berbeda.
Teori database juga telah dipengaruhi oleh riset DNA, yang
memiliki masalah khusus untuk menaruh dan memanipulasi urutan DNA. Database
yang dikhususkan untuk riset DNA disebut database genomik, dam harus menangani sejumlah tantangan
teknis yang unik yang dihubungkan dengan operasi pembandingan kira-kira,
pembandingan urutan, mencari pola yang berulang, dan pencarian homologi.
PENGERTIAN DAN PROSES
TRANSKRIPSI DNA
Transkripsi adalah penerjemahan informasi yang
terdapat pada DNA menjadi RNA. Atau dalam kalimat yang sederhana adalah
menghasilkan RNA dengan cetakan berupa DNA. DNA yang mengalami transkripsi
dapat memiliki satu atau lebih gen, proses ini terjadi dalam nukleus,
mitokondria, dan plastida.
Transkripsi merupakan tahap pertama dari
proses sintesis protein yang nantinya dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu
translasi. Protein yang dihasilkan dalam proses ini akan berperan sebagai
enzim, hormon, maupun, komponen sel yang penting bagi kelangsungan hidup
organisme.
Proses transkripsi membutuhkan bantuan dari enzim yang disebut RNA polimerase. Enzim ini berfungsi ntuk membuka rantai ganda DNA dan membentuk rantai RNA dari cetakan (template) DNA yang ingin diterjemahkan.
Proses transkripsi membutuhkan bantuan dari enzim yang disebut RNA polimerase. Enzim ini berfungsi ntuk membuka rantai ganda DNA dan membentuk rantai RNA dari cetakan (template) DNA yang ingin diterjemahkan.
Proses trnaskripsi dapat dibagi menjadi 3
langkah yaitu: inisiasi, elongasi, dan terminasi.
Transkripsi pada prokariota dan ekariota memiliki sedikit perbedaan, hal ini karena perbedaan dalam komplekstitas DNA tersebut. DNA prokariota lebih pendek dan sederhana, sedangkan DNA eukariota sangat panjang dan dikemas sedemikian rupa dengan berbagai macam protein seperti histon.
Pada pembahasan ini saya mambagi transkripsi menjadi 2 macam, yaitu pada prokariota dan eukariota.
Transkripsi pada prokariota
Transkripsi pada prokariota dan ekariota memiliki sedikit perbedaan, hal ini karena perbedaan dalam komplekstitas DNA tersebut. DNA prokariota lebih pendek dan sederhana, sedangkan DNA eukariota sangat panjang dan dikemas sedemikian rupa dengan berbagai macam protein seperti histon.
Pada pembahasan ini saya mambagi transkripsi menjadi 2 macam, yaitu pada prokariota dan eukariota.
Transkripsi pada prokariota
Prokariota merupakan organisme sel tunggal
yang belum memiliki membran inti dan organel bermembran. Anggota dari kelompok
ini adalah bakteri dan ganggang hijau biru. Mereka memiliki DNA inti yang tidak
terbungkus membran nukleus dan juga terdapat DNA sitoplasma dalam bentuk
plasmid.
Setiap gen pada DNA prokariota selalu diawali dengan promoter dan di akhiri dengan terminator. Jadi strukturnya adalah sebagai berikut: promoter-gen-terminator. Promotor dan terminator juga merupakan basa nukleotda namun bukan bagian yang akan diterjemahkan menjadi RNA.
Setiap gen pada DNA prokariota selalu diawali dengan promoter dan di akhiri dengan terminator. Jadi strukturnya adalah sebagai berikut: promoter-gen-terminator. Promotor dan terminator juga merupakan basa nukleotda namun bukan bagian yang akan diterjemahkan menjadi RNA.
Transkripsi bakteri dimulai ketika enzim RNA polimerase menempel pada bagian promoter, hal ini menjadi penanda bahwa proses transkripsi akan segera dimulai. RNA polimerase akan membuka rantai ganda DNA dan memungkinkan terciptanya RNA dari salah satu rantai DNA yang digunakan sebagai cetakan. Tahap ini disebut dengan inisiasi.
Setelah itu RNA polimerase akan menggabungkan
nukleotida bebas menjadi rantai RNA yang sesuai dengan cetakan. RNA polimerase
akan bergerak sepanjang gen yang akan dicetak hingga proses pembentukan RNA
selesai. Proses pembentukan RNA sepanjang cetakan DNA ini disebut dengan tahap
elongasi.
Setelah RNA terbentuk sempurna, RNA polimerase
akan sampai pada bagian terminator yang menandai berakhirnya proses transkripsi.
RNA akan terlepas dan diikuti RNA polimerase yang juga akan melepaskan diri
dari DNA tersebut. Tahap ini disebut dengan terminasi.
Transkripsi pada eukariota
Transkripsi pada eukariota
Eukariota adalah organisme selain bakteri dan
ganggang hijau biru. Eukariota memiliki struktur DNA yang kompleks karena
sangat panjang dan dikemas sedemikian rupa dalam sel. RNA polimerase pada
eukariota tidak bisa bekerja sendiri, enzim ini harus dibantu oleh protein
khusus yang disebut oleh satu atau beberapa faktor tanskripsi.
Tahap inisiasi diawali dengan menempelnya faktor transkripsi pada promoter. Hal
ini akan memicu menempelnya RNA polimerase pada promoter, menempelnya faktor
transkripsi dan RNA polimerase pada promoter akan membentuk kesatuan yang
disebut kompleks inisiasi transkripsi. RNA polimerase akan membuka rantai ganda
DNA sehingga proses pembentukan RNA dapat berlangsung.
Proses elongasi pada eukariota sama dengan yang terjadi pada prokariota, dimana ada sebuah rantai DNA yang menjadi cetakan bagi terbentuknya RNA. RNA akan dibuat sepanjang cetakan tersebut oleh RNA polimerase.
Proses elongasi pada eukariota sama dengan yang terjadi pada prokariota, dimana ada sebuah rantai DNA yang menjadi cetakan bagi terbentuknya RNA. RNA akan dibuat sepanjang cetakan tersebut oleh RNA polimerase.
Proses terminasi
terjadi ketika RNA polimerase sampai pada akhir gen dimana akan tergentuk
urutan nukleotida AAUAAA di akhir RNA. Setelah itu suatu enzim akan memotong
sepanjang 10-35 nukleotida dari AAUAAA sehingga RNA tersebut lepas. RNA
polimerase dan faktor transkripsi-pun terlepas.
-----------------------------
Transkripsi pada prokariota maupun eukariota akan menghasilkan mRNA, tRNA, mupun rRNA tergantung gen mana yang ditranskripsikan. Hanya saja khusus untuk mRNA akan menjalani proses selanjutnya berupa translasi agar dapat menghasilkan protein.
-----------------------------
Transkripsi pada prokariota maupun eukariota akan menghasilkan mRNA, tRNA, mupun rRNA tergantung gen mana yang ditranskripsikan. Hanya saja khusus untuk mRNA akan menjalani proses selanjutnya berupa translasi agar dapat menghasilkan protein.
Rantai DNA yang
digunakan sebagai cetakan RNA disebut template atau antisense, sedangkan rantai
yang tidak digunakan sebagai cetakan disebut sense. RNA terbentuk dari ujung 5’
menuju ujung 3’ dan pada eukariota kecepatan transkripsi sekitar 40 nukleotida
per detik. Pada RNA terdapat basa nitogen urasil yang menggantikan posisi
timin. Pada DNA, basa adenin akan berpasangan dengan timin, namun saat
membentuk RNA adenin akan menjadi cetakan bagi urasil.
Sejarah
DNA pertama kali
berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan lokasinya di dalam inti sel. Namun, penelitian terhadap
peranan DNA di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan
ditemukannya postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling memungkinkan
sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.
Dua eksperimen pada
dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi genetik. Dalam penelitian
oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel bakteri yang satu gagal
men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA dalam ekstrak dibiarkan
utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak
radioaktif (bahasa Inggris: radioactive tracers).
Misteri yang belum
terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA sehingga ia
mampu bertugas sebagai materi genetik". Persoalan ini dijawab oleh Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X pada DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.
Pada tahun 1953, James
Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri dari 4 basa dari asam nukleat,
dua dari kelompok purina:adenina dan guanina;
dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina
dan timina. Keempat nukleobasa tersebut terhubung
dengan glukosa fosfat.[42]
Maurice Wilkins dan
Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk heliks yang berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak
antar molekul nukleobasa adalah 0,34 nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat
10 molekul nukleobasa pada setiap putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru diketahui bahwa
DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai heliks.
Crick, Watson, dan
Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada 1962 atas penemuan ini. Franklin, karena
sudah wafat pada waktu itu, tidak dapat dianugerahi hadiah ini.
Konfirmasi akhir
mekanisme replikasi DNA dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl yang dilakukan tahun 1958.