Dapatkan Uang, klik link ini http://projects.id/uangberkah

Kamis, 11 September 2025

Implikasi untuk Guru dan Kepala Sekolah

 


Pembelajaran Mendalam: Implikasi untuk Guru dan Kepala Sekolah

Suyanto Dewan Pakar Majelis Pendidikan Dasar, Menengah, dan Pendidikan Nonformal (Dikdasmen PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tanggal 09/10/2025 pukul 05.00
Perlengkapan sekolah
 

Di ruang-ruang kelas sekolah pada satuan pendidikan di Republik ini, proses pembelajaran masih berjalan dengan pendekatan lama dan konvensional. Guru menyampaikan materi, siswa mencatat, lalu ujian menjadi ukuran pertama dan utama keberhasilan mereka. Sistem itu menekankan hafalan dan penguasaan konten yang dangkal. Hasilnya, anak-anak memang mampu mengingat dan menghafal informasi, tetapi sering kali gagal seumurannya dengan kehidupan nyata. Mereka dapat menjawab soal, tetapi tidak selalu mampu menghubungkan pengetahuan yang mereka pelajari dengan persoalan sehari-hari.  

Perlengkapan sekolah

Temukan lebih banyak

Kondisi itu menandakan adanya kelemahan mendasar dalam pendidikan kita. Padahal, tantangan zaman menuntut adanya generasi yang lebih dari sekedar kecerdasan akademik. Perubahan dunia abad ke-21 sering diriringkas dalam akronim VUCA: volatil, intim, kompleks, ambigu (Bennis & Nanus, 1985; US Army War College, 1987). Realitas seperti ini tidak bisa dihadapi dengan modal hafalan semata. Anak-anak kita memerlukan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan karakter tangguh. Mereka perlu belajar membaca dunia sekaligus menulis ulang masa depan dengan akal budi dan hati nurani. Di mendalami pembelajaran mendalam    (PM) menjadi relevan untuk dijadikan pendekatan baru dalam pembelajaran di sekolah-sekolah secara nasional.

Konsep itu menekankan tiga prinsip utama: berkesadaran, bermakna, menggembirakan. Untuk konteks Indonesia, tiga prinsip itu harus memiliki muruah yang memuliakan. Pembelajaran mendalam menggeser orientasi pendidikan dari sekedar mencapai target kurikulum ke arah menumbuhkan manusia seutuhnya. Ia tidak lagi berhenti pada pertanyaan 'apa yang kamu tahu?', namun mendorong refleksi lebih jauh: 'mengapa kamu perlu tahu?', 'apa makna pengetahuan ini untuk hidupmu?', dan 'bagaimana kamu akan berguna bagi orang lain?'.

 

TRANSFORMASI GURU

Guru berada di garda terdepan dalam menghidupkan pembelajaran yang mendalam. Implikasinya sangat luas dan mendasar. Guru bukan lagi sekedar mengajar yang menyampaikan informasi, melainkan juga fasilitator perjalanan belajar yang membimbing murid menemukan makna dalam kehidupan nyata dari apa yang mereka pelajari di bangku sekolah. Guru ditantang untuk merancang kelas sebagai ruang hidup: tempat anak-anak tidak hanya mendengar, tetapi mengalami, memahami, mengaplikasi, menghubungkan, mengolah, dan merefleksikan.

Perlengkapan sekolah

Paulo Freire (1970) dalam Pedagogy of the Oppressed mengritik model pendidikan yang ia sebut pendidikan perbankan , yakni guru 'menabungkan' atau 'mendepositokan' informasi di benak murid tanpa ruang bagi kesadaran kritis. Oleh karena itu, PM dihadirkan untuk mengubah hal itu ke arah yang berkebalikan secara diametral. Siswa tidak dipandang sebagai wadah kosong, tetapi sebagai subjek aktif yang mampu berpikir, merasa, dan bertindak.   

Dalam kelas PM, guru menghidupkan kesadaran, menghadirkan makna, dan membangun kegembiraan belajar. Transformasi fungsi guru profesional juga terlihat dari cara mereka menilai. Penilaian tidak lagi dianggap sebagai palu hakim yang memberi angka, tetapi sebagai jembatan pertumbuhan.

John Hattie (2009) melalui penelitian Visible Learning menegaskan bahwa umpan balik yang jelas, spesifik, dan tepat waktu adalah salah satu faktor paling berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar. Guru yang memberikan umpan balik semacam ini sedang mengajak murid untuk berani mencoba, gagal, belajar kembali, dan bangkit. Kelas pun berubah menjadi ruang aman untuk berproses, bukan ruang yang dipenuhi rasa ketakutan.  

Lebih jauh lagi, guru dalam PM juga menuntut untuk menghormati kesetaraan murid. Setiap anak adalah pribadi yang unik. Guru tidak bisa lagi menyamarkan semua murid dengan satu pola pengajaran. Pembelajaran mendalam mendorong diferensiasi: menyediakan jalur yang berbeda bagi setiap murid agar semua dapat mencapai potensi terbaiknya. Guru yang sabar membimbing dan tekun mendengar melahirkan disiplin yang tumbuh dari rasa memiliki, bukan rasa takut. Inilah suasana kelas yang produktif sekaligus menggembirakan. Dengan alasan itu pulalah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu'ti telah menjadikan bebijakan semua guru harus menjadi wali murid di samping ada yang menjadi wali kelas.

Apa hebatnya PM dalam proses belajar siswa? Inilah beberapa contoh tematik praktik baik dalam PM yang dapat dijelaskan secara umum: seorang guru IPA mengajak murid menyelidiki persoalan lingkungan, seorang guru bahasa memberi ruang bagi karya sastra untuk melatih empati, dan seorang guru matematika yang menantang murid menyelesaikan persoalan kehidupan nyata.

Semua itu tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga mengasah keterampilan berpikir kritis dan rasa kepedulian terhadap lingkungan. Dengan cara ini, kelas bisa digunakan sebagai laboratorium kehidupan yang sesungguhnya. Transformasi fungsi guru memang tidak mudah. Banyak guru yang masih merasa nyaman dengan cara lama, apalagi tekanan kurikulum sering membuat mereka memilih jalan aman. Namun, guru yang berani melangkah akan menemukan kembali makna profesinya. Ia bukan lagi sekedar mengajar yang sibuk mengejar target, melainkan pendamping kehidupan.

Murid tidak hanya diukur dari rapornya, tetapi juga dari cara mereka memahami diri sendiri, berhubungan dengan orang lain, dan berperan dalam masyarakat. Dari lahirnya generasi yang bukan hanya pintar, tapi juga peduli dan tangguh. Lebih jauh lagi, guru juga dituntut menjadi teladan moral. Murid belajar bukan hanya dari kata-kata, melainkan dari sikap, bahasa tubuh, dan tindakan nyata. Guru yang berintegritas, disiplin, dan penuh kepedulian akan meninggalkan jejak panjang dan kuat pada muridnya.

Dalam konteks PM, teladan moral ini menjadi inti: guru yang menyebarkan nilai-nilai berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan sedang menyalakan obor yang akan meneruskan murid-muridnya sepanjang hidup. UNESCO melalui Delors Report (1996) menekankan pentingnya pembelajaran seumur hidup atau belajar sepanjang hayat sebagai kerangka pendidikan global karena proses belajar tidak boleh berhenti di sekolah, tetapi harus berlangsung sepanjang hayat.    

Perlengkapan sekolah

Dalam konteks inilah transformasi guru menemukan urgensinya: guru yang mau belajar dari murid, dari kolega, bahkan dari kesalahan sendiri, sedang memberi teladan bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat. Dengan sikap rendah hati ini, murid tidak hanya memandang sosok guru sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembelajar autentik.

Dari lahirnya hubungan yang lebih egaliter antara guru dan murid yang keduanya sama-sama bertumbuh dalam semangat ingin tahu, keberanian mencoba, dan kerelaan memperbaiki diri. Pembelajaran mendalam hanya akan hidup apabila guru terlebih dahulu menjalaninya sebagai pembelajar sepanjang hayat.  

 

KEPEMIMPINAN SEKOLAH

Selain guru, kepala sekolah merupakan kunci penting lain dalam menghidupkan pembelajaran yang mendalam. Namun, kepemimpinan yang dibutuhkan bukanlah kepemimpinan administratif yang sibuk dengan laporan, melainkan kepemimpinan transformasional yang menghidupkan semangat perubahan atas dasar tata nilai yang dipegang teguh oleh masyarakat dan komunitas sekolah.  

Perlengkapan sekolah

Kepala sekolah visioner menghadirkan sekolah sebagai rumah belajar, bukan kantor administratif dan administrasi belaka. Ia menghadirkan percakapan filosofis dan pedagogis, menumbuhkan budaya kolaboratif, serta melindungi guru dari tekanan administratif yang menghidupkan kreativitas.

Michael Fullan dan Maria Langworthy (2014) menegaskan bahwa transformasi pembelajaran hanya dapat lahir jika kepala sekolah berani berpihak pada pembelajaran yang memerdekakan. Kepala sekolah transformasional memberi ruang bagi guru untuk bereksperimen, memfasilitasi komunitas belajar profesional, dan mendorong inovasi lintas mata pelajaran. Ia hadir di kelas bukan untuk mencari kesalahan, melainkan untuk mengamati dan menemukan percakapan hidup antara guru dan murid.

Perlengkapan sekolah

Dari langkah kecil ini, sekolah akan berubah menjadi ekosistem yang penuh energi belajar. Kepala sekolah juga berperan sebagai pengorkestra harmoni kurikuler sekolah. Ia menata ritme kerja guru agar tidak membatasi birokrasi, ia membuka pintu bagi orangtua sebagai mitra, dan ia menjadikan kegiatan rapat sebagai forum refleksi, bukan sekadar laporan administratif.

Dengan cara ini, seluruh warga sekolah merasa menjadi bagian dari sebuah perjalanan yang bermakna melalui pembelajaran mendalam. Kepemimpinan semacam ini menjadikan sekolah sebagai komunitas belajar yang hangat dan penuh energi. Kepemimpinan semacam ini juga perlu dan harus ditularkan dan benar-benar menular.

Perlengkapan sekolah

Guru yang melihat kepala sekolahnya berani melindungi waktu refleksi akan terdorong untuk mencoba metode baru. Guru yang merasa dihargai akan lebih bersemangat menumbuhkan motivasi intrinsik muridnya. Murid yang merasakan energi positif dari guru dan kepala sekolah akan tumbuh lebih percaya diri. Orang tua pun memandang sekolah sebagai mitra, bukan sekadar penyedia jasa pendidikan dan institusi pungutan biaya tambahan sekolah.

Perlengkapan sekolah

Bank Dunia (2019) mengingatkan tentang ancaman munculnya kemiskinan pembelajaran , yaitu anak-anak yang gagal menguasai literasi dasar pada usia yang seharusnya. Kepala sekolah transformasional akan menjadikan peringatan ini sebagai dorongan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Ia menolak pola mekanistik yang miskin makna, dan sebaliknya menegaskan visi bahwa sekolah adalah taman hidup peserta didik dan guru. 

Perlengkapan sekolah

Kepemimpinan transformasional tidak hanya soal kebijakan, tetapi juga soal teladan. Kepala sekolah memastikan menjadi 'penjaga api' yang setiap guru tetap bersemangat meski jalan perubahan penuh tantangan. Ia tahu bahwa satu keputusan kecil--misalnya memberi waktu khusus untuk guru berdiskusi--dapat berdampak besar dalam menumbuhkan budaya reflektif. Ia memahami bahwa memperkuat moral dan integritas lebih penting daripada sekadar menyelesaikan laporan kurikuler dan finansial.

Perlengkapan sekolah

Kepemimpinan semacam ini memang sulit, tetapi menginspirasi: guru yang merasakannya akan terdorong untuk melakukan hal yang sama di kelas. Lebih dalam lagi, kepala sekolah transformasional adalah jembatan antara visi besar pendidikan nasional dengan praktik lokal di sekolah. Ia mampu menerjemahkan kebijakan menjadi langkah nyata yang dirasakan guru, murid, dan orang tua. Ia membangun jejaring dengan komunitas, dunia usaha, dan organisasi sosial agar sekolah tidak terlindungi. Dengan cara ini, sekolah hadir sebagai pusat peradaban kecil yang menyalakan harapan bagi lingkungannya. Kepala sekolah bukan hanya manajer, melainkan pemimpin yang menggerakkan hati nurani dan pikiran.

Perlengkapan sekolah

Pada akhirnya, pembelajaran mendalam bukan sekadar strategi pedagogis, melainkan panggilan etis. Guru dipanggil untuk hadir dengan sepenuh hati, kepala sekolah dipanggil untuk memimpin dengan integritas. Dari ruang kelas yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan lahirnya generasi yang kritis dan peduli.

Dari kepemimpinan sekolah yang transformasional lahirlah ekosistem pendidikan yang hidup dan penuh harapan. Dari situ, masa depan pendidikan Indonesia menemukan pijakannya: bukan pada angka ujian semata, melainkan pada manusia yang utuh dan berkarakter. Semoga!

Perlengkapan sekolah

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar