PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN
ANAK
Oleh: SR.Pakpahan, SST
Keluarga adalah tempat
berkumpulnya para anggota satu rumah tangga atau lebih yang masih satu
keturunan biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak serta famili lainnya
yang terikat dalam satu batin yang di dalamnya terdapat norma-norma hidup dasar
yang harus dipatuhi dan dilaksanakan untuk berlangsungnya keharmonisan dan
kerukunan persaudaraan dalam rumah yang dihuni bersama, dan terjalinnya kasih persaudaraan
sebagai refleksi dari resiprositas atau keterikatan memberi dan menerima tanpa mengharap
balasan, dan saling bekerjasama untuk peningkatan SDM (sumber daya para
anggotanya) guna untuk kemudahan/kepraktisan dan kemajuan hidup di dalam
menghadapi pergumulan hidup pribadi lepas pribadi anggotanya.
Satu-satunya lembaga di
dunia ini, lembaga yang menganut kerukunan hidup bersaudara bagi para
anggotanya adalah lembaga KELUARGA. Para anggota keluarga dalam lembaga
KELUARGA, tidak memiliki urutan posisi dan urutan yang sama dengan urutan
kedudukan para anggota lembaga lain seperti lembaga sekuler, lembaga sosial
masyarakat, lembaga keagamaan, lembaga pemerintahan atau lembaga apapun yang
ada di dunia. Bila di lembaga lain (lembaga selain keluarga) menempatkan posisi
pemegang jabatan kepala adalah di depan atau di sebelah kanan, tetapi pada
KELUARGA (lembaga keluarga) menempatkan posisi kepala rumah tangga adalah di
sebelah kiri atau di belakang, sedangkan para anggota keluarga lainnya seperti
ibu, anak-anak dan famili lainnya adalah di sebelah kanan atau di depan.
Urutannya adalah jelas dari sebelah kiri ke kanan atau dari belakang ke depan adalah
sebagai berikut: AYAH (Kepala rumah tangga) – IBU – ANAK-ANAK – FAMILI LAINNYA.
Juga perlakuan bagi
anak-anak dari yang sulung sampai bungsu dalam satu rumah tangga dari orang tua
(ayah dan ibu) adalah tidak bisa di samakan. Bila dalam satu rumah tangga, si
ayah/ibu memliki empat anak atau lebih, maka perlakuan bagi mereka adalah: dimulai
dari Anak pertama (sulung) dulu, baru ke anak ketiga, baru ke anak kedua dan seterusnya
hingga terakhir ke anak terakhir (bungsu), sementara ibu dan ayah adalah di
atas semuanya. Hal ini dibuat sedemikian agar si anak kedua terpacu prestasinya
bila melihat adiknya (anak nomor tiga) yang telah mendahuluinya.
Kedua hal di atas adalah
pola terstruktur sebagai awal penguatan peran keluarga dalam pendidikan anak.
Kemajuan pendidikan anak membutuhkan peranan orang tua yang membimbing,
mendidik, memberi ajaran dan memberi tanggung jawab kepada anak-anak mereka
dengan ajaran yang benar sesuai ajaran Firman Tuhan. Sebagai Kesejahteraan
Keluarga, ayah dan ibu harus terlebih dahulu yang menimbulkan IMAN bagi semua
anggota keluarga, bahwa semua anggota keluarga memiliki iman kepercayaan kepada
TUHAN ALLAH Sang Pencipta segala sesuatunya dan Sang Pelindung dan Penyelamat jiwa
manusia umatNya. Patut kita teladani sikap dan pemikiran dari YOSUA sang
penerus/pengganti kepemimpinan Nabi Musa
menghantarkan umat Israel eksodus dan memasuki tanah Kanaan. Yosua mengatakan
dalam kitab Yosua 24:15 yang berbunyi ...
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan. Bukan hanya
anak-anaknya saja yang akan memiliki iman kepercayaan pada Tuhan Allah, tetapi
juga Yosua mengusahakan para hambanya (orang asing yang pembantu Yosua) juga turut
memiliki iman kepercayaan pada Allah Pencipta alam semesta, Allahnya Abraham,
Ishak dan Yakub.
Ketika
dua anak kami dilahirkan ibunya, saya melihat anak kami yang baru lahir begitu
manis dan lucu, pikiran saya timbul memikirkan bagaimana kelak harta warisan
yang dapat saya beri pada mereka agar mereka di usia dewasa mendapat kebahagiaan
hidup, padahal saya bukanlah seorang pengusaha yang memiliki harta banyak, karena
itu di saat pertama kali saya melihat anak kami yang baru lahir, saya hanya
dapat memberi warisan pertama yaitu kitab suci ALKITAB yang baru saya beli kemarin
dari toko buku, ALKITAB itu saya letakkan di samping kepalanya dan berharap
kelak anak kami di usianya yang berlanjut, ia dapat membaca dan
mempelajari isi dari pada ALKITAB, agar ia
dapat menjadi manusia yang berahlak mulia, terpuji, memiliki kehormatan diri,
memiliki kecerdasan berakal budi dan hidupnya berguna bagi Sorga Allah, bagi
keluarganya, bagi negara dan bagi lingkungan negeri dan masyarakat Indonesia
tercinta ini.
Bila telah ditanamkan
iman kepercayaan bagi anak-anak, langkah berikutnya adalah memberi Ilmu
Pengetahuan yang benar dari sejak usia dini anak. Ilmu pengetahuan bagi anak
dapat mereka terima didikan dan ajaran dari lembaga RUMAH TANGGA/KELUARGA dan atau
dari lembaga pendidikan resmi (SEKOLAH dan KURSUS-KURSUS). Dalam pemberian ilmu
pengetahuan bagi anak ini dilakukan melalui proses pembelajaran dan pelatihan baik
di rumah maupun di sekolah/kursus, pembelajaran diupayakan untuk merubah si anak
dari tidak tahu menjadi tahu sesuatu ilmu yang ia pelajari, dan proses
pembelajaran ini akan terus berlangsung seumur hidup sampai selama-lamanya. Pelatihan
diberikan bagi anak agar ia dapat menyesuaikan pengetahuannya yang dimilikinya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang telah mengalami pembaruan. Keduanya
baik pembelajaran maupun pelatihan akan dapat menjadi sarana bagi perkembangan
dan perubahan karakter anak menjadi lebih baik dan unggul. Sesuai dengan bakat,
minat dan talenta yang dimiliki anak, hasil pembelajaran dan pelatihan yang
didapat anak dari kedua lembaga tersebut harus dapat meningkatkan karakter anak
yang berkembang terus mengarah ke menyerupai karakter Allah, dan juga si anak
dapat berkarya dan cerdas berkreasi menghasilkan karya yang gemilang berkembang
terus seiring bertambahnya usianya, karyanya dapat meniru/menyerupai karya
cipta Allah akan alam semesta yang berguna bagi kehidupan dan kelangsungan
hidup seluruh mahluk di jagad raya. Karakter dan Karya Cipta/Kreasi hebat yang
anak miliki harus dapat dirasakan dan berguna
bagi orang/lembaga lain dan membuat hidup lebih praktis (berguna bagi
kepraktisan hidup) manusia.
Adapun karakter yang
ditanamkan dalam diri anak oleh orang tua di rumah maupun oleh para guru di
sekolah adalah berupa menyerupai 14 (empat belas) Karakter Utama Allah yang
dapat ditemui tertulis di Kitab Suci, yaitu: Spiritual (Roh), Love
(Cinta Kasih), Truth (Benar), Righteous (Membenarkan), Holy (Kudus/Suci), Perfect (Sempurna), Good (Baik),
Just (Hanya), Pure (Murni), Unchanging
(Tidak berubah), Stands Forever
(Selamanya tegak), The Way (Sebagai
jalan), Great (Besar), dan Cleanses (Membersihkan/menjelaskan).
Ke-empat belas karakter yang menyerupai karkater Allah itu, dijelaskan lebih
rinci sesuai nats kitab suci sebagai berikut:
1. Spiritual (Roh)
Yohanes 4:24, Allah
itu Roh dan barang siapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam Roh dan
Kebenaran.
2. Love (Cinta Kasih)
1 Yohanes 4:8, Barang
siapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah Kasih
3. Truth
(Benar)
Yohanes 14:6, Kata
Yesus kepadanya “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
4. Righteous (Membenarkan)
1 Korintus 1:30, Tetapi
oleh Dia kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi Hikmat
bagi kita, Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita.
5. Holy (Kudus/Suci))
Yesaya 6:3, Dan
mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: “Kudus, kudus, kuduslah Tuhan
semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya”.
6. Perfect (Sempurna)
Mateus 5:48, Karena
itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di Sorga adalah sempurna.
7. Good (Baik)
Lukas 18:19, Jawab
Yesus: “Mengapa kamu katakan Aku baik?, tak seorangpun yang baik selain
daripada Allah Bapa”.
8. Just
(Hanya)
Ulangan 32:4, Gunung
batu, yang pekerjaanNya sempurna, karena segala jalanNya adil,, Allah yang
setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia.
9. Pure
(Murni)
1 Yohanes 3:3, Setiap
orang yang menaruh pengharapan itu kepadaNya, menyucikan diri sama seperti Dia
yang adalah Suci.
10. Unchanging (Tidak berubah)
Yakobus 1:17, Setiap
pemberian yang baik, dan setiap anugrah yang sempurna, datangnya dari atas,
diturunkan dari Bapa segala Terang, padaNya tidak ada perubahan atau bayangan
karena pertukaran.
11. Stands
Forever (Selamanya tegak)
Mazmur 90:2, Sebelum
gunug-gunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari
selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah.
12. The Way (Sebagai jalan)
Yohanes 14:6, Kata
Yesus kepadanya “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup, tidak ada seorangpun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku”.
13. Great (Besar)
Mazmur 48:1, Nyanyian
Mazmur bani Korah, Besarlah Tuhan dan sangat terpuji di kota Allah kita.
14. Cleanses (Membersihkan/membereskan)
Mateus 8:3, Lalu
Yesus mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata, “Aku mau, jadilah
engkau tahir’, seketika itu juga tahirlah orang itu daripada kustanya.
Mazmur 57:3, Aku
berseru kepada Allah yang Maha Tinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya
bagiku.
Seorang anak yang telah
dewasa pemikirannya dalam menelaah sesuatu hal dari segi displin ilmu, ia tidak
perlu menghafal segala seluk beluk pelajaran yang ia pelajari, ia tidak perlu
memiliki pemikiran seperti seorang profesor, seribu orang profesor tidaklah berguna bagi kehidupan, dibanding dengan
seorang yang berakal budi dan berahlak mulia, suka mencari Allah dan HikmatNya.
Ungkapan ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam kitab suci Alkitab (Mazmur),
seorang anak yang berakal budi dan pandai, ia berdiam diri dan tidak
kasak-kusuk. Kebodohan adalah kesukaan bagi yang tidak berakal budi, tetapi
orang yang pandai adalah berakal budi. Orang yang berakal budi dan orang yang
mempunyai hikmat pengetahuan adalah orang yang mendengarkan pengetahuan,
didikan dan ajaran. Orang yang berakal budi bagaikan ladang/kebun yang luas dan
rimbun, sedangkan orang pemalas bagaikan ladang yang tandus. Akal budi adalah
sumber pengetahuan bagi yang mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh
adalah kebodohannya. Orang yang berakal budi menimbulkan kepujian dalam hidup,
tetapi orang yang serong hatinya menimbulkan kehinaan. Bibir orang benar mengajar
dan mendidik banyak orang, tetapi orang bodoh mati karena kurang akal budi. Di bibir
orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi.
Allah-lah yang memberi
kepada kita juga kepada anak-anak kita akal budi, sehingga kita dan
anak-anak melebihi binatang di bumi dan
Allah-lah yang memberi hikmat sehingga kita dan anak-anak kita melebihi burung
di udara. Sudah sepantasnya pada anak-anak kita berikan ajaran pengetahuan yang
benar tentang karakter dan karya cipta Allah. Sebuah pengetahuan tentang karakter Allah dan
karya ciptaNya adalah dasar dari segala pendidikan yang benar dan dasar dari
segala pemberdayaan yang benar. Jenis
pendidikan dan pemberdayaan ini adalah
satu-satunya penjagaan dan perlindungan yang nyata dari setiap godaan dan pencobaan yang datang
untuk merongrong diri manusia.
Ilmu pengetahuan yang benar yang tertinggi dalam hidup di dunia ini
adalah ilmu pengetahuan tentang
keselamatan jiwa (ilmu SKS = Soul Keep
Saving), ilmu ini perlu kita ajarkan kepada anak. Pengetahuan
keselamatan jiwa dapat diperoleh dengan cara
mempelajari Sabda Firman Tuhan dan dari ajaran Kasih Allah, prinsip-prinsip
kebenaran kasih Tuhan dan penyelamatanNya ada dalam kitab suci. Dari kitab
suci, si anak dapat memperoleh pengetahuan hikmat murni hikmat yang mengalir
dari tahta Sorga Allah. Ilmu keselamatan jiwa yang dipelajari anak, tidak akan
pernah berhenti atau selesai, ilmu keselamatan jiwa akan terus dipelajari dan
tidak habis-habisnya sampai selama-lamanya, sebab ilmu tersebut mengandung
ajaran keselamatan jiwa yang menghantar anak ketujuan pasti ke praktisan hidupnya,
kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya dimasa sekarang ini maupun dimasa yang
akan datang.
Dengan anak mempelajari ilmu keselamatan jiwa atau Sabda Firman Tuhan,
diri anak akan bersemangat menjalani rutinitas hidupnya dan anak akan dapat
memetik buah pohon kehidupan dan memakannya sepuas-puasnya (bukan pohon
pengetahuan). Si anak akan merasa selalu ada jalan keluar dan terbuka dikala
ada masalah atau jalan yang tertutup, harapan pertolongan dari Tuhan pun akan
datang dengan segera sesuai arah menuju kepada Sorga Allah, pertolongan dan jalan
itu adalah melalui Kasih dan Penyelamatan Tuhan.
Mari kita mengarahkan anak kita agar mau untuk diajar oleh Allah Sang
Pencipta langit dan bumi, pengetahuan yang diajar oleh Allah akan memberi
capaian perkembangan kekuatan mental yang tertinggi, pencapaian ini bermanfaat
untuk menghormati Allah dan untuk kebaikan hidup anak di masa sekarang maupun
dimasa yang akan datang. Sebuah pelatihan pengupayaan praktis hidup jauh lebih
berharga daripada sejumlah mata pelajaran di sekolah maupun pelajaran umum
lainnya, pendidikan keselamatan jiwa
jauh lebih penting dari sekedar pembelajaran buku-buku ilmu pengetahuan, bahkan dari pengetahuan tentang dunia
antariksa jagad raya sekalipun. Untuk memiliki pengetahuan yang benar tentang
karakter Allah dan karya ciptaNya, si anak harus mempelajari Sabda Firman
Tuhan, merenungkan Firman Tuhan itu di siang dan malam hari. Akan berbahagialah
anak yang kesukaannya adalah Firman Tuhan dan yang merenungkan Firman Tuhan itu
siang dan malam, inilah titik berat kuasa massa pembelajaran ilmu keselamatan
jiwa. Kristalisasi pengetahuan keselamatan jiwa itu, si anak harus memiliki
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan yang benar bagi kepraktisan hidupnya
dan bagi hidup orang lain, dan mampu memberi teladan bagi orang lain (temannya)
juga, agar si anak lebih berhikmat dan berakal budi lagi.
Semua prasarana, sarana, fasilitas, modal, daya upaya yang ada, dipakai
untuk usaha mendapatkan pengetahuan yang benar tentang karakter Allah dan Karya
ciptaNya. Tanamkan pada diri anak pola kebiasaan hidup yang benar, berteori
yang benar, konsep dan metode yang benar, praktek hidup yang benar, dan prinsip-prinsip
hidup yang benar, agar si anak tidak akan kehilangan kekuatan penghargaan diri,
mental, kontrol diri, dan tujuan hidup yang menyangkut dirinya. Bila
mengabaikan semua itu, maka berarti kehancuran bagi diri anak, ia akan
kehilangan dunianya sekarang ini maupun dunianya yang akan datang. Bila seorang
anak tahu dan mengerti kegagalannya dan kelemahannya sendiri, lalu ia introspeksi
diri mendekat dan berserah diri pada Allah, maka ia akan menemukan kekuatannya
pada Allah dan kesuksesan atau prestasinya akan dinyatakan kelak. Jika si anak
kita usahakan ia untuk mau di ajar oleh Allah, kelak si anak dewasa akan
menjadi bijaksana dalam kebijaksanaanNya
Tuhan dan hidupnya akan berbuah banyak,
menjadi saluran berkat bagi dunia juga bagi orang lain, dan ia akan memperkaya khasanah kehidupan.
Profil
Anak Indonesia
Sebanyak 33% masyarakat
Indonesia adalah anak (usia 0-18 tahun), karenanya pelayanan kepada anak adalah
sesuatu upaya yang sangat strategis dan dapat membawa dampak signifikan bagi
pembangunan bangsa secara umum, akses lembaga pendidikan dan kesaksian lembaga
keagamaan secara khusus. Berikut ini Profil anak Indonesia disajikan dari
berbagai sumber:
Semua anak (usia 0-18 tahun) adalah
anak berisiko yaitu anak yang kebutuhan fisik, psikososial dan spiritualnya
tidak terpenuhi secara memadai oleh karena terhambat dalam kondisi spesifik
sehingga kehilangan kesempatan untuk bertumbuh kembang secara sehat dan
mencapai potensi maksimal (dirangkum dari pandangan pemerhati anak: Dwidjo
Saputro, Eddy Sianipar & Irwanto, 2010)
Permasalahan
anak bukan hanya sebatas permasalahan rumah tangga atau lembaga pendidikan atau
lembaga keagamaan saja, melainkan juga permasalahan masa depan bangsa yang
untuknya semua lembaga di Indonesia perlu bergandengan tangan dalam memberi
jawaban, menjadikan anak sebagai solusi
masa depan bangsa. Artinya lembaga manapun dimasa kini seyogyanya melihat
anak adalah dalam konteks luas, anak yang di tengah masyarakat, anak yang
mempunyai kebutuhan mental, spiritual, maupun anak yang mempunyai kebutuhan
sosial dan jasmani.
Dalam
perkembangannya, kategori anak berisiko yang digunakan mengacu kepada UU
No.35/2014 tentang perubahan UU Perlindungan Anak No. 23 /2002, yaitu:
a) Anak
dalam situasi darurat;
b) Anak
yang berhadapan dengan hukum;
c) Anak
dari kelompok minoritas dan terisolasi;
d) Anak
yang dieksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual;
e)
Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya;
f) Anak
yang menjadi korban pornografi;
g) Anak
dengan HIV/AIDS;
h) Anak
korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan;
i)
Anak korban Kekerasan fisik dan/atau psikis;
j) Anak
korban kejahatan seksual;
k) Anak
korban jaringan terorisme;
l) Anak
Penyandang Disabilitas;
m)
Anak korban perlakuan salah dan penelantaran;
n) Anak
dengan perilaku sosial menyimpang;
o) Anak
yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi orang tuanya.
Akan sangat baik pula jika
orang tua bisa memilih Sekolah atau Kursus-kursus bagi anak-anaknya untuk
menggali ilmu pengetahuan dari lembaga pendidikan tersebut yang memiliki
kurikulum yang mantap dan bermutu, demi peningkatan kecerdasan dan karakter
anak di masa sekarang ini dan di masa yang akan datang. Masih banyak lembaga
pendidikan sekolah yang belum memiliki kurikulum pendidikan yang memuat
pengajaran tentang penghitungan Indeks
dalam matematika, pengajaran tentang menggambar dengan memakai program applikasi
Corel Draw, pengajaran tentang seluk beluk audio dan media, pengajaran
jarimatika atau operasi hitungan
matematika dengan jari-jari tangan, pengajaran tentang pembentukan karakter unggul melalui pelajaran ilmu keselamatan
jiwa, dan lain-lainnya yang sangat berguna bagi pengembangan kecerdasan dan
karakter anak didik. Untuk itu perkembangan dan kemajuan kecerdasan dan
karkater anak, diperlukan sekolah/kursus pendidikan anak yang aman, bersih dan
sehat, peduli lingkungan hidup dan berbudaya, mampu menjamin, memenuhi,
menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan
perlakuan salah lainnya serta mendukung partisipasi anak terutama dalam
perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, dan mekanisme pengaduan
terkait pemenuhan hak dan perlindungan anak di pendidikan (Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 8 / 2014).
Untuk memenuhi pendidkan
anak itu, dalam kurikulum yang mantap dan bermutu, perlu disusun suatu Pedoman Perlindungan Anak di Sekolah yang nantinya bisa digunakan
oleh Majelis Pendidikan Sekolah (MPS), Majelis Nasional Pendidikan Sekolah (MNPS)
pada sekolah-sekolah yang diwadahi. Upaya inipun perlu didukung
oleh Pendanaan dan Jaringan/Partnership, kerap mengumpulkan materi, menyortir bahan
ajar dan ke depannya akan meminta masukan dari para pakar pendidikan. Membuat
kuesioner dan dikirimkan kepada orang tua untuk mendapatkan masukan tentang materi
pendidikan anak yang mantap dan berkualitas di sekolah.
Hal yang sama akan sangat baik jika para pendidik bisa mendarah
daging menyadari pentingnya kurikulum pendidikan yang mantap dan bermutu bagi
anak didik. Komponen-komponen seperti budaya, lingkungan hidup, hak anak, PA
(perlindungan anak), partisipasi, mekanisme pengaduan sudah harus terpatri
dalam pikiran dan jiwa para pelaku pendidikan. Harus bisa menyuarakan, termasuk
tentang nilai/martabat anak dalam Sorotan Firman Tuhan.
Masalah
Kecanduan Anak Terhadap Kegiatan yang Merangsang
Para
anak/remaja saat ini banyak menghadapi tantangan-tantangan yang tidak sama
dihadapi generasi sebelumnya, munculnya internet telah membuat anak
menghabiskan waktunya hanya di depan komputer, masalahnya adalah anak melalaikan
tugasnya di rumah maupun tugas PR dari sekolah, dengan anak membuka internet
dan apalagi menonton film porno dapat mengubah sistem otak anak bila rutin
menontonnya.
Dampak-dampak
negatif kemajuan teknologi seperti internet adalah masalah bagi anak/remaja,
bila dampak negatif ini tidak di atasi maka anak akan berpotensi melakukan
kebiasaan-kebiasaan adiktif dan kegiatan yang merangsang, seperti kecanduan
menonton pornografi. Efeknya akan merubah sistem otak anak sehingga anak malas,
tidak berprestasi dan nakal/melawan orang tua dan guru.
Otak
anak paling sensitif untuk belajar mengenal dan ingin mengetahui sesuatu hal
yang di dekatnya sekitar sampai usia anak 12 tahun, otak anak akan maksimal
memberi akal pengetahuan bagi anak sehingga ke-pengetahuan (datangnya hikmat) anak
akan hadir saat anak berusia 12 tahun. Bila berlanjut ke usia remaja sekitar
usia 15 tahun, otak anak akan paling sensitif terhadap dopamin (dopamin adalah
pemancar zat neuro yang merupakan pendorong kita untuk mendapatkan penghargaan
pribadi) sehingga otak remaja sangat rentan terhadap pembangunan sistem baru,
karena otak belum selesai berkembang.
Pada
akhirnya masalah anak bukanlah hal sekedar nakal atau malas, tapi masalah yang
sebenarnya adalah kecanduan anak terhadap kegiatan yang merangsang dan
melakukan kebiasaan adiktif yang merupakan kecanduan yang negatif dan tidak
masuk akal yang dapat mempengaruhi ketidak mampuan anak untuk mencintai dan di
cintai orang lain. Para anak yang melakukan kegiatan adiktif memberikan
pelarian dan tekanan, stres dan bahkan kebosanan dari kehidupan sehari-hari,
keluar dari kenyataan. Ini adalah bahaya yang sesungguhnya dari kecanduan
apapun. Para orang tua harus membekali anak-anaknya untuk mengetahui bagaimana
menangani stres dengan cara-cara yang membangun, para remaja akan cenderung
tidak mencari penopang pelarian emosional untuk mengatasi tekanan dari
kehidupan normal sehari-hari.
Pekerjaan yang paling penting di
dunia adalah menjadi orang tua. Orang tua bertanggung jawab terhadap pembentukan
kecerdasan dan karakter anak-anaknya. Adalah penting bagi orang tua untuk
membekali anak bagaimana mengatasi stres dengan cara-cara yang membangun. Dan
melatih anak untuk dapat bersyukur atas kesenangan-kesenangan dan berkat yang
dia peroleh di kehidupannya sehari-hari. Rasa bersyukur adalah suatu respon
terhadap adanya cinta yang anak rasakan/terima dari orang lain (orang tua
maupun saudaranya atau temannya)
Berikut ada 8 (delapan) cara untuk
membentuk karakter unggul seorang anak, sebagai cara penjagaan dan perlindungan yang nyata dari setiap godaan dan pencobaan yang datang
untuk merongrong diri anak, sebagai berikut:
1. Bekali
anak dengan Pengetahuan yang benar, hubungan anak dengan orang tua yang membuat
diri anak sehat dan penuh kasih.
Anak-anak yang melihat orang tua mereka saling mengasihi dan menghormati
dalam kehidupan nyata, akan dapat membuat diri anak bertumbuh sehat dan penuh
kasih, sebuah dasar telah diletakkan untuk harapan-harapan yang realitas dan
sehat di dalam kehidupan anak. Seorang ayah yang menonjolkan keindahan sejati
adalah dengan menemani istrinya di dalam rumah. Diperlukan banyak ajaran kasih
antara ayah dan ibu dan mengajari anak-anak pandangan tentang kasih berdasarkan
Firman Tuhan. Anak-anak perlu melihat hubungan ayah dan ibunya yang harmonis
penuh cinta kasih sayang. Seorang ayah dapat memberikan sebuah pesan yang jelas
tentang keindahan dan apa yang membuat anak tertarik. Duduk bersama di ruang
keluarga, membahas sesuatu hal secara bersama, peduli kekurangan orang lain,
membersihkan rumah secara bersama adalah contoh-contoh yang indah tentang siapa
yang memiliki kasih dan apa yang berharga dari kasih itu.
2. Lingkungan
rumah yang sehat.
Semua bentuk kecanduan terhadap kegiatan yang merangsang
dan tindakan-tindakan adiktif adalah metode-metode untuk melarikan diri.
Pastikan rumah kita adalah tempat perlindungan yang nyaman dari dunia
luar/asing, dimana cinta, kehangatan, dukungan dan penerimaan kritik yang bebas
selalu diberikan kepada anak-anak. Memuji seorang anak, bukan karena hasil
akhir yang ia peroleh, tetapi memuji seorang anak karena tekad usaha dan kerja
kerasnya yang ia lakukan, akan mengembangkan kepuasan dalam kerja keras di
dalam diri anak, pada akhirnya ini akan membuat anak maju dan berkembang
mencapai kesuksesan. Ketika seorang anak dipuji karena kerja kerasnya dan
karena upayanya dalam mencapai sesuatu, akan terbentuk sebuah karakter anak
yang menemukan kepuasan dan kenikmatan dalam kerja keras. Kemudian, ketika
stres dan tantangan, atau pencobaan datang, kemungkinan anak tidak lagi beralih
kepada penolong-penolong emosional dari tindakan-tindakan adiktif yang merusak
diri anak. Tetapi jika anak merasakan rumah tidak lagi sebagai tempat yang
hangat, ramah dan menggembirakan, maka anak akan tertarik untuk mencari
perlindungan di luar/tempat lain. Dan hal-hal negatif dari tempat kegelapan
adalah pelarian yang mudah.
Rumah seharusnya menjadi tempat
pelarian, bukan sebaliknya ditinggal lari. Dalam kerangka rumah tangga sebagai
tempat perlindungan, seorang anak harus diajarkan teknik-teknik yang sehat dan
cara-cara yang membangun untuk mengatasi stres, Teknik-teknik yang beragam ini
dimulai dari tidur yang cukup dan berkualitas, diet sehat atau makanan bergizi
dan seimbang, belajar rajin, olah raga teratur, serta berdoa dan percaya kepada
kekuatan Tuhan.
3. Ajarkan
kepada anak pentingnya menahan/menolak godaaan
Budaya kerja bagi anak yang sudah bekerja atau budaya
belajar bagi anak yang masih sekolah sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan
anak, Budaya “Belajar sekarang, bermain kemudian (jika tidak ada lagi tugas PR
yang harus dikerjakan)” adalah baik ditanamkan bagi pertumbuhan karakter anak,
dan menghindari budaya instan/budaya “Bermain sekarang, belajar kemudian”.
Adalah sangat penting bagi pengembangan karakter anak
untuk menanamkan prinsip menolak godaan. Pengaruh negatif ada tersedia di
internet yang mengakses ke dunia maya sangat mudah, Pengaruh negatif ada
tersedia dalam pergaulan bebas/tidak benar, bila dibanding dengan mengembangkan
dan memelihara hubungan-hubungan pribadi di dunia nyata yang baik. Kegiatan
yang merangsang atau tindakan adiktif membuat anak mendapat kepuasan yang semu,
anak akan tumbuh menjadi seorang yang lebih mudah menemukan kesenangan untuk
dirinya sendiri, daripada memberi cinta dan perhatian kepada orang lain dan
daripada merespon cinta yang tulus dari orang lain yang ia terima.
Menahan godaan adalah sebuah prinsip yang diajarkan di masa
kanak-kanak saat seorang anak diajar untuk taat ketika ibu atau ayah berkata
“Tidak”. Anak-anak yang diberikan segala sesuatu yang mereka minta akan
mengembangkan karakter-karakter yang selalu berharap semua keinginan mereka di
kabulkan. Terlalu banyak orang tua mengalihkan perhatian anak di tahun-tahun awal
masa kanak-kanak anak adalah “mengalihkan perhatian” seorang anak, bukannya
mengajarkan anak untuk belajar. Kata “Tidak” adalah salah satu cara yang paling
berbahaya bagi orang tua untuk membesarkan seorang anak, ini secara aktif
mengajarkan kepuasan semu/instan. “saya tidak ingin anak memiliki ini, jadi
saya akan membujuk anak dengan sesuatu yang ia temukan bahkan lebih menarik dan
diinginkannya”, ini tidak mengembangkan kekuatan karakter pada anak, ini hanya
akan meneguhkan keyakinan bahwa ia dapat memiliki apapun yang ia inginkan.
Selanjutnya anak akan mengalihkan perhatian dan dengan mudah merasa bosan.
Seorang anak yang dibiarkan menikmati kepuasan semu/instan, merasa bosan dengan
segala sesuatu yang membutuhkan komitmen dan kerja keras, anak akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang berpuas diri yang hanya mencari kepuasan semu di
semua sisi hidupnya.
4. Ajarkan
anak bahwa setiap tindakan memiliki konsekwensi
Seorang anak yang tidak pernah diberi tanggung jawab atas
apa yang dia lakukan adalah salah, anak akan tumbuh menjadi seoraang dewasa
yang tahu bagimana melarikan diri dari hal apa pun, termasuk berbohong, dan
bahkan menyalahkan orang lain karena tindakannya yang adiktif. Hal ini akan
memberikan dampak bagi setiap sisi lain dari hidup si anak, termasuk kehidupan
rohaninya.
Ketaatan diajarkan kepada anak pada masa bayi, anak harus
diajar untuk taat saat pertama kalinya mereka disuruh melakukan sesuatu dengan
nada suara yang menyenangkan. Jika tidak bisa, anak secara aktif diajarkan
untuk bebas dengan ketidak taatannya sampai Ayah berteriak atau Ibu menghitung
“dua-tiga-perempat” baru si anak mau taat.
Anak-anak yang diajarkan batas-batas yang jelas dan wajar
dan yang tahu bahwa mereka dicintai, adalah anak-anak yang bahagia dan aman,
Seorang anak manja yang tidak pernah bertanggung jawab karena melakukan hal
yang salah akan tumbuh dengan pikiran bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum
(termasuk hukum-hukum Allah) tidak berlaku baginya. Sikap mental seperti itu
adalah undangan terbuka bagi anak untuk bertindak adiktif dan berbuat kegiatan
yang merangsang.
5. Secara
aktif tanamkan nilai yang diinginkan dari anak.
Membesarkan anak diibaratkan dengan berkebun bunga dan
buah-buahan, usaha-usaha yang melelahkan bersumber dari rumput-rumput liar yang
tidak sedap dipandang, yang dengan berani membesarkan kepala jeleknya di tanah
hati anak yang subur. Masalahnya adalah jika semua usaha yang dilakukan orang
tua adalah rumput liar, hanya akan berakhir dengan sebidang tanah kotor yang
tidak subur. Untuk berkebun yang indah dan produktif, bukan hanya sekedar
menyiangi, tapi juga mengelolanya dengan keindahan kebun yang memiliki berbagai
macam bunga, sehingga penampakan yang indah dan aroma yang wangi menarik
perhatian kupu-kupu dan burung-burung. Sebuah kebun yang produktif juga akan
memiliki buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman obat-obatan untuk dapat
digunakan sebagai makanan. Namun, memiliki lebih dari sekedar sebidang tanah
kotor yang tidak subur, membutuhkan kerja keras dan perencanaan dan secara
aktif menanamkan apa yang orang tua inginkan dari anak dan kemudian memelihara
apa yang telah ditanam tersebut.
Orang tua yang memiliki anak usia 18 tahun, cenderung
menginginkan anaknya menjadi anak yang sopan, menghormati orang lain, pekerja
keras, baik terhadap orang lain, melindungi orang-orang yang lebih kecil yang
lebih lemah dari dirinya. Untuk itu orang tua perlu mulai menanamkan hal-hal
tersebut di dalam karakter anak mulai dari usia dini anak dan secara aktif
mengasuh mereka saat mereka bertumbuh.
6. Memiliki
“Percakapan jujur” dengan anak
Kejujuran adalah awal untuk mendapatkan belas kasih.
Jangan pernah berbohong kepada anak, biarkan anak bertumbuh dengan mengetahui
bahwa mereka dapat selalu datang kepada orang tuanya untuk memperoleh suatu
“Kebenaran”. Jika ada sesuatu yang belum bisa diketahui diusia mereka, orang
tua dapat memberi tahu mereka bahwa pertanyaan itu akan dijawab pada ketika
usia anak sudah tepat untuk mengetahuinya.
Menolak untuk menjawab pertanyaan anak adalah sesuatu
yang sama sekali berbeda dan akan menghancurkan kepercayaan anak pada orang
tua. Bila membahas suatu hal, mulaiah dengan percakapan terbuka yang sesuai
usia anak. Jika anak tidak mendapatkan informasi benar dari orang tuanya,
mereka akan mendapatkannya dari teman-temannya dan yang pasti ini bukan sumber
yang aman untuk belajar nilai-nilai
agama/rohani. Berbicara secara jujur kepada anak, orang tua ingin anak-anak mereka
belajar nilai-nilai hidup benar dari orang tuanya, bukan dari teman-temannya.
Dengan membentuk komunikasi terbuka, jelaskan pada anak
yang sedang bertumbuh tentang bahaya-bahaya tindakan adiktif dan
kegiatan-kegiatan yang merangsang seperti melihat pornografi. Beritahukan
kepada anak tentang bahya pornografi, jelaskan bahwa cara terbaik untuk
menghindari kecanduan negatif tersebut adalah dengan berkata “jangan pernah
mencobanya sejak awal”
7. Menerapkan
pernyataan “Komitmen” pada anak
Orang tua dapat menerapkan beberapa pernyataan komitmen
pada anak, seperti berikut:
Komitmen Pertama:
Saya (anak) memahami bahwa tindakan adiktif dan kegiatan-kegiatan merangsang
adalah dosa yang dapat menghancurkan harapan dan masa depan saya.
Komitmen kedua:
Saya (anak) terbuka kepada Allah dan akan terbuka kepada orang tua saya atas
apa yang saya masukkan ke dalam pikiran saya melalui buku-buku, film, internet,
dan apa yang saya dengarkan.
Sebagai orang tua, sudah seharusnya
bertugas untuk memantau hiburan anak, jika ini tidak dilakukan, orang tua tidak
akan tahu apa yang sedang mempengaruhi anak. Konsekwensi-konsekwensi jangka
panjang karena mengabaikan peran sebagai orang tua ketika anak masih remaja
dapat membuat dia kehilangan pekerjaan, kehilangan pernikahan, dan kehidupannya
sangat tidak bahagia serta tidak berkualitas ketika anak mencapai usia dewasa.
Kebiasaan-kebiasaan yang baik diajarkan pada masa kecil anak, sebab baik atau
jahat, akan tetap bersama mempengaruhi diri anak sepanjang umurnya.
8. Mengajarkan
anak tentang pengendalian diri
Dari senua prinsip pembentukan karakter yang ada disini,
prinsip pengendalian diri adalah hal yang paling penting. Seorang anak yang
diajarkan pengendalian diri akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang meletakkan
hukum Allah di atas keinginan pribadi, dan kewajiban di atas kepuasan pribadi.
Anak yang tidak diajarkan pengendalian diri pada masa kecil akan dipaksakan
kepada mereka ketika mereka lebih tua dengan paksaan-paksaan dari luar.
Seorang anak remaja yang kurang pengendalian diri dalam
hal belajar dengan tekun, akan menerima nilai rapor lebih rendah, dan kemudian
memiliki peluang-peluang lebih sedikit di terima dalam lapangan pekerjaan.
Seorang anak dewasa yang kurang pengendalian diri dalam hal melakukan
pekerjaan, tidak akan mendapat promosi dalam pekerjaannya atau ia akan langsung
dipecat. Hal terburuk, seorang anak dewasa yang tidak memiliki pengendalian
diri akan berakhir di penjara, negara memaksa pengendalian diri yang ia kurang
miliki dengan menghapus kebebasannya dan memenjarakan dia.
Pengendalian diri anak dimulai dari bayi di pelukan
ibunya. Bayi yang berusia 18 bulan (1½ tahun) yang dibiarkan melempar dengan
marah marah dan berteriak dan menendang, sedang diajarkan kurangnya
pengendalian diri dari awal. Seorang anak berusia 8 tahun yang dibiarkan kasar
kepada saudara-saudaranya ketika ia sakit dan tidak enak badan, sedang
diajarkan kurangnya pengendalian diri sejak awal. Seorang anak berusia 14 tahun
yang dibiarkan menaikkan nada suaranya dan berteriak ketika marah, sedang
diajarkan kurangnya pengendalian diri dari awal.
Siapapun bisa berteriak ketika marah. Seseorang tidak
memerlukan kekuatan karakter saat kehilangan kendali. Namun, diperlukan
pengendalian diri yang sangat besar dan karakter yang kuat untuk mempertahankan
ketenangan dan pengendalian diri ketika terprovokasi.
Gagal dalam mengajarkan pengendalian diri adalah salah
satu tindakan yang sangat merugikan yang dapat dilakukan orang tua pada anak.
Ini terbawa sampai ke dalam setiap bagian kehidupan, termasuk kehidupan rohani.
Menyerahkan kehendak kepada Allah, menolak untuk memanjakan diri dalam
perbuatan dosa ketika anda benar-benar menginginkannya, membutuhkan kekuatan
karakter yang hanya berasal dari pengendalian diri.
Para orang tua yang tidak melatih anak-anaknya untuk
mengendalikan diri, melakukan tindakan yang sangat merugikan bagi anak-anaknya
tersebut yang kelak akan membayar harga tinggi di kemudian hari.
Mungkin anda tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi
godaan pada diri anda sendiri. Kita semua memiliki bagian yang membutuhkan
bantuan ilahi untuk mengatasinya. Tetapi itu membutuhkan perilaku pengendalian
diri dengan memilih untuk datang kepada Tuhan untuk meminta pertolongan ketika
tergoda, daripada menyerah pada godaan yang datang.
Dosa selalu pertama kali dimulai dalam pikiran. Itu
terpendam dalam imajinasi. Kemudian, ketika kesempatan datang, godaan di luar
bertemu dengan kerusakan di dalam dan orang tersebut jatuh ke dalam dosa. Ini
bisa terjadi karena kurangnya pengendalian diri.
Salah satu pekerjaan terbesar orang tua adalah
menanamkan pada anak-anak prinsip-prinsip pengendalian diri. Anak tidak
pernah bisa mencapai sosok seorang pria sejati di dalam Allah selama ia
diperbudak oleh keinginan-keinginan yang berubah-ubah dari sifat lemahnya.
Ketika manusia mendapat bagian dari sifat ilahi, kasih
Tuhan akan menjadi prinsip yang bertahan di dalam jiwa, dan dirinya dan
kekhasannnya tidak akan dipamerkan. Tapi sangat menyedihkan melihat orang-orang
yang harus menjadi bejana-bejana demi kehormatan rendah, terlibat dalam
pemuasan sifat yang rendah, dan hidup di jalan yang dikutuk hati nurani.
Kerusakan di dalam bersatu dengan kerusakan di luar, dan manusia yang mengaku beriman
dan ber-Tuhan, jatuh ke tingkat yang rendah, selalu berduka atas kekurangan
mereka, tetapi tidak pernah mengatasinya, dan luka memar iblis ada di bawah
kaki mereka. Rasa bersalah dan kecaman terus meliputi jiwa, dan seolah-olah
ingin berteriak, "Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku
dari tubuh maut ini?". Melalui kegemaran melakukan dosa, penghargaan
terhadap diri sendiri hancur; dan penghargaan terhadap orang lain berkurang,
karena kita berada di bawah kesan bahwa orang lain jahat sama seperti diri kita
sendiri.
Berikut ada 6 (enam) cara bagi orang tua untuk membentuk kecerdasan
komprehensif seorang anak, sebagai
cara mendapatkan hidup mudah dan berbuah
banyak bagi kehidupan, dan mampu merubah setiap godaan dan pencobaan yang datang
merongrong diri anak menjadi pemicu semangat dalam belajar dan berkarya,
sebagai berikut:
1. Mengajarkan
anak untuk takut akan Tuhan
Dari senua prinsip pembentukan kecerdasan yang ada
disini, prinsip takut akan Tuhan adalah hal yang paling penting. Takut akan Tuhan adalah
perbuatan dalam menjauhi larangan Tuhan dan mematuhi perintah/hukum-hukum
Tuhan, Takut akan Tuhan adalah awal dari kedatangan segala hikmat. Mengajarkan
anak untuk takut akan Tuhan adalah perlindungan bagi anak dengan menghormati
keberadaan Tuhan yang Maha tahu dan Maha bijaksana.
Orang tua yang mengajarkan anaknya untuk takut akan Tuhan, membuat
pilihan yang tepat bagi anaknya untuk mau diajar oleh Allah yang menciptakan
langit dan bumi, oleh Dia yang
mengatur bintang-bintang agar tetap di cakrawala dan Dia menunjuk matahari dan
bulan untuk melakukan tugasnya menerangi bumi. Allah mau mengajar umatNya yang
takut akan Tuhan, pengetahuan yang diajar oleh Allah bagi manusia berguna bagi
tercapainya perkembangan kekuatan mental yang tertinggi, pencapaian ini
bermanfaat untuk menghormati Allah dan untuk kebaikan hidup manusia juga.
Rasa takut akan Tuhan, tidak sama dengan rasa takut yang menghinggapi
diri sendiri. Rasa takut ynag menghinggapi diri sendiri seperti takut kematian,
takut menghadapi masa depan, takut akan kehilangan pekerjaan atau sesuatu,
takut gagal adalah disebabkan oleh akibat tidak mampunya pikiran menguraikan
peristiwa yang diterimanya sehingga menciptakan gambaran semu. Tetapi takut
akan Tuhan, menguasai segala akal, pikiran dan jiwa sehingga seseorang tidak
mau melanggar hukum-hukum Allah. Takut akan Tuhan akan mengubahkan kelemahan
menjadi kekuatan diri, dan mengubahkan hambatan menjadi harapan. Kekuatan yang
dasyat ada pada rasa takut akan Tuhan yang dapat berguna menuju kehidupan yang lebih baik.
2. Membekali
anak dengan Ilmu dan Pengetahuan yang benar
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang melampaui pengetahuan
sebelumnya dan selanjutnya pengetahuan itu dimasukkan ke dalam latar belakang
setiap pengetahuan berikutnya untuk memberi keselamatan jiwa bagi yang
mempelajarinya. Pengetahuan yang benar hanya bisa diterima bila sesuai dengan
Firman Tuhan, pengetahuan sains harus didukung pendapat dogma agama dan
keduanya harus berjalan seiringan untuk pengembangan karakter diri dan
kecerdasan manusia dalam rupa kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosi
(EQ), kecerdasan spirituil (SQ) dan kecerdasan attitude atau menghadapai
hambatan (AQ). Untuk sekedar menambah tingkat kecerdasan anak, penulis
memberikan semacam Test Kecerdasan Manusia yang terdiri dari 4 (empat) macam
test yaitu test IQ, EQ, SQ dan AQ, silahkan berkunjung dan lihat di website
beralamat Http://www.PMD
Sawi–AK.Blogspot.Co.Id, dan hitung berapa nilai kecerdasan manusianya anak anda.
Orang tua bertanggung jawab dalam membekali anak dengan ilmu dan
pengetahuan yang benar berupa irisan antara pendapat sains dan pendapat dogma
agama. Seorang anak harus menghindari pengetahuan spekulatif yang tidak sesuai
dengan ajaran Firman Tuhan. Pengetahuan spekulatif tidak akan membuahkan hasil yang berguna bagi
diri anak dalam kepraktisan hidupnya dan bila ditempuh usaha ini akan
membahayakan jiwa anak sekarang ini maupun di masa yang akan datang. Dalam
upaya mendapatkan pengetahuan spekulatif, anak akan kehilangan semua apa yang
layak dimilikinya. Pengetahuan spekulatif yang memikat yang diperoleh dari
ajaran tidak benar akan menyebabkan anak menjadi manusia terasing dari Allah
dan dipisahkan sejauh bumi dari langit. Pengetahuan spekulatif yang dihindari
anak adalah semacam teori panteistik, tulisan kafir, sejarah buruk, teologi
lore, sastra klasik, sastra sensasional, mitos, dongeng, fairy tales, dan
lain-lain.
Dengan anak mempelajari
ilmu keselamatan jiwa dan pengetahuan yang benar, Allah akan menambahkan
pengetahuan-pengetahuan murni yang di atasnya tidak ada kutukan dosa, Allah
akan memberikan pengetahuan yang akan menghantar manusia pada sukacita abadi
bagi manusia yang tidak mau melakukan dosa dan manusia yang memiliki karakter
seperti karakter Allah..Pengetahuan yang datang dari atas yang murni itulah
pengetahuan yang benar yang memberikan keselamatan jiwa. Seorang anak harus
diajarkan untuk memikirkan hal-hal yang dari atas yang datangnya dari Sorga
Allah.
3. Membiasakan
anak tekun belajar dan berlatih
Mengulang-ulang mempelajari pelajaran adalah penting bagi anak dalam
melatih daya ingatnya, mempelajari pelajaran sepuluh kali berulang-ulang satu pelajaran
adalah lebih baik daripada mempelajari satu kali sepuluh pelajaran (prinsip
belajar 10x1 lebih baik daripada 1x10).
Dengan ketekunan belajar dan berlatih, semua sarana, fasilitas, daya
upaya dipakai untuk usaha mendapatkan pengetahuan yang benar sesuai menurut
sains dan menurut dogma agama agar hidup selamat di dunia dan di akhirat, jika
tidak akan berakibat kehancuran bagi diri anak. Dengan kebiasan yang salah,
teori yang salah, pengetahuan yang salah,, seorang anak akan kehilangan
kekuatan penghargaan diri, ia kehilangan kontrol diri, ia tidak bisa beralasan
tentang hal-hal yang paling dalam yang menyangkut dirinya.
Orang tua harus membiasakan anaknya untuk belajar melatih diri untuk
sabar, berlatih untuk teang, berlatih untuk memberi dengan cinta, berlatih
untuk sopan, dan berlatih apapun yang menurut ukuran mewakili kecerdasan
manusia unggul. Tekun belajar dan berlatih akan membuat diri anak menjadi
pandai, tangguh, percaya diri, mahir, dan
mandiri.
Banyak belajar dan berlatih akan membuahkan hasil tercapainya prestasi
gemilang, bisa jadi dengan ketekunan belajar seorang anak akan memiliki kepintaran
melebihi kepintaran gurunya, dan inilah kebanggaan sejati seorang guru apabila
anak didiknya memiliki prestasi gemilang dan kepintaran melebihi gurunya.
.4. Memperhatikan
kesehatan anak yang berpengaruh terhadap kecerdasan dan karakter anak
Dari diri seorang anak dituntut tidak hanya kualitas tertinggi pikiran
dan jiwanya, tetapi juga kualitas kesehatan tubuh anak harus prima. Orang tua
mendambakan seorang anak yang hebat di mata Tuhan yang memberi sukacita bagi
hidup orang lain.
Kesehatan anak dapat tercapai bila anak mendapatkan
tidur yang cukup dan berkualitas, memperhatikan cara berpakaian, diet sehat
atau makanan bergizi dan seimbang dengan kecukupan gizi ± 2100-2200 kkal dan
air minum 10 gelas sehari, belajar rajin, olah raga teratur, serta berdoa dan
percaya kepada kekuatan Tuhan. Tidak ada yang tidak penting setiap pengaruh
yang mempengaruhi kesehatan tubuh. Setiap pengaruh yang mempengaruhi kesehatan
tubuh anak memiliki kaitan dengan pikiran dan karakternya.
Orang tua harus memahami prinsip-prinsip yang mendasari perawatan dan
pelatihan anak. Orang tua
harus mampu membesarkan mereka dalam kesehatan fisik, mental, dan moral. Orang tua harus
mempelajari hukum alam. Orang tua harus berkenalan dengan organ-organ
tubuh manusia, perlu memahami fungsi berbagai organ tubuh, dan hubungan dan
keterkaitan satu sama lain. Orang tua harus mempelajari hubungan mental
dengan kekuatan fisik, dan kondisi yang dibutuhkan untuk tindakan sehat. Menganggap tanggung
jawab orang tua tanpa persiapan semacam itu adalah dosa.
Pentingnya melatih anak-anak terhadap kebiasaan diet yang tepat hampir
tidak dapat dibesar-besarkan. Anak kecil perlu belajar bahwa mereka makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Pelatihan harus dimulai
dari bayi di pelukan ibunya. Anak harus diberi makanan hanya pada interval
teratur, dan lebih jarang pada usia lebih tua. Seharusnya tidak diberi
permen, atau makanan orang tua (makanan keras), yang tidak bisa dicerna. Perhatian dan
keteraturan dalam memberi makan bayi tidak hanya akan meningkatkan kesehatan,
dan dengan demikian cenderung membuat mereka pendiam dan pemarah, namun akan
meletakkan dasar kebiasaan yang akan menjadi berkat bagi mereka di tahun-tahun
berikutnya.
Seiring anak-anak lepas dari masa kanak-kanak, perhatian besar harus
tetap diperhatikan dalam mendidik selera mereka. Keseringan mereka diijinkan untuk
makan apa yang mereka pilih dan kapan mereka memilih tanpa referensi kesehatan,
rasa sakit dikorbankan dan pemborosan uang begitu sering tercurah pada barang-barang
makanan yang tidak sehat, membuat orang muda berpikir bahwa objek tertinggi
dalam hidup dan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar adalah untuk dapat
memanjakan selera. Hasil dari latihan semacam ini adalah
kerakusan, lalu datanglah penyakit, yang biasanya diikuti dengan diagnosa
keracunan.
Orang tua harus melatih selera anak-anak mereka dan sebaiknya tidak
mengizinkan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat. Tapi dalam upaya
mengatur diet, kita harus berhati-hati agar tidak salah dalam meminta anak
makan yang tidak enak, atau makan lebih banyak dari yang dibutuhkan. Anak-anak memiliki hak,
mereka memiliki preferensi (selera), dan bila preferensi ini masuk akal, mereka
harus dihormati.
Regularitas dalam makan harus diperhatikan dengan seksama, ada yang
makan 2 kali atau 3 kali sehari. Tidak ada yang harus
dimakan di sela waktu makan, tidak ada kembang gula, kacang-kacangan,
buah-buahan, atau makanan apapun. Penyimpangan dalam makan
merusak irama sehat dari organ pencernaan, sehingga merugikan kesehatan dan
keceriaan. Dan ketika anak-anak datang ke meja makan,
mereka tidak menyukai makanan sehat lagi; Keinginan mereka
mendambakan apa yang menyakitkan bagi tubuh mereka.
Ibu yang memuaskan keinginan anak mereka dengan mengorbankan kesehatan dan
kegembiraan, menabur benih kejahatan yang akan muncul dan berbuah. Pemanjaan diri tumbuh
dengan pertumbuhan rendah anak-anak, dan kekuatan mental dan fisik dikorbankan. Ibu yang melakukan
pekerjaan ini menuai dengan kepahitan benih yang telah mereka tanam. Mereka ingin melihat
anak-anak mereka tumbuh dalam pikiran dan karakter untuk bertindak mulia dan
berguna di masyarakat atau di rumah., nyatanya kekuatan spirituil dan mental
dan fisik anak menderita di bawah pengaruh makanan yang tidak sehat. Hati nurani menjadi
tercengang, dan kerentanan terhadap kesan baik terganggu.
Sementara anak-anak harus diajar untuk mengendalikan nafsu makan dan
makan dengan mengacu pada kesehatan; Biarlah jelas bahwa
mereka menyangkal diri mereka sendiri hanya apa yang akan merugikan mereka. Mereka melepaskan
hal-hal yang menyakitkan untuk sesuatu yang lebih baik. Biarkan meja makan
dibuat begitu mengundang dan menarik, karena disuplai dengan barang makanan lezat
bergizi yang telah diberikan oleh Allah dengan baik. Biarkan waktu makan
menjadi ceria, happy time. Selagi kita menikmati
karunia Allah, marilah kita menanggapi dengan pujian yang rasa syukur kepada
Pemberi.
Dalam banyak kasus penyakit anak-anak, dapat ditelusuri dalam
penyimpangan dalam makan, pakaian yang tidak mencukupi pada cuaca/malam yang
dingin, kurang olahraga yang teratur untuk menjaga sirkulasi darah tetap sehat,
atau kekurangan kelimpahan udara untuk pemurniannya, mungkin menjadi penyebab
masalahnya. Biarkan orang tua belajar untuk menemukan
penyebab penyakitnya, dan kemudian memperbaiki kondisi yang salah sesegera
mungkin.
Semua orang tua memiliki kekuatan untuk belajar banyak mengenai
perawatan dan pencegahan, dan bahkan pengobatan penyakit. Terutama seharusnya ibu
mengetahui apa yang harus dilakukan dalam kasus penyakit biasa di keluarganya. Ibu harus tahu bagaimana
cara merawat anak yang sakit itu. Cintanya dan wawasannya
harus sesuai dengannya untuk melakukan layanan itu, yang tidak bisa dipercaya
dengan baik ditangani oleh orang lain.
Orang tua harus lebih awal berusaha menarik perhatian anak-anak mereka
dalam mempelajari fisiologi dan harus mengajarkan prinsip-prinsipnya yang lebih
sederhana. Ajari mereka cara terbaik untuk melestarikan
kekuatan fisik, mental, dan spiritual, dan bagaimana menggunakan bakat mereka
sehingga hidup mereka dapat membawa berkah satu sama lain dan menghormati
Allah. Pengetahuan ini sangat berharga bagi anak
usia muda. Pendidikan
dalam hal-hal yang menyangkut kehidupan dan kesehatan lebih penting bagi mereka
daripada pengetahuan tentang banyak ilmu yang diajarkan di sekolah.
5. Mengembangkan
semua rahmat yang akan mencerahkan kehidupan rumah dan menimbulkan rasa ingin
tahu anak terhadap sesuatu hal baru yang baik dan berguna.
Ajarkan anak-anak anda sejak dari buaian untuk mempraktekkan
penyangkalan diri dan pengendalian diri. Ajari mereka untuk
menikmati keindahan alam dan dalam pekerjaan yang berguna untuk melatih secara
sistematis semua kekuatan tubuh dan pikiran. Bawa mereka untuk
memiliki konstitusi suara dan moral yang baik, memiliki disposisi cerah dan
perasaan manis. Mengesankan atas pikiran lembut mereka,
kebenaran bahwa Allah tidak merancang kita harus hidup untuk kepuasan sekarang
saja, tapi demi kebaikan kita dimasa depan. Ajarkan mereka untuk
tidak menyerah pada setiap godaan buruk dan jahat; tetapi
menerima setiap hal mulia, baik dan gagah. Pelajaran ini akan
menjadi seperti benih yang ditaburkan di tanah yang baik, dan mereka akan
menghasilkan buah yang akan membuat hati anda senang.
Di atas semua hal lain, biarkan orang tua mengelilingi anak-anak mereka
dengan suasana ceria, sopan santun, dan cinta. Sebuah rumah di mana
cinta tinggal, dan di mana hal itu diungkapkan dalam penampilan, kata-kata, dan
tindakan, adalah menghadirkan hal-hal baru yang baik dan berguna bagi hidup,
Sebuah rumah di mana cinta tinggal adalah tempat di mana malaikat senang
mewujudkan kehadiran mereka, sehingga anak-anak hidup cerah menjalani hal-hal
baru yang baik dan bermanfaat yang ia temui.
Orangtua, biarkan sinar matahari cinta, keceriaan, dan kepuasan bahagia
masuk ke dalam hatimu sendiri, dan biarkan pengaruh manis dan sorak hatimu
menyelimuti semua penghuni rumahmu. Manifestasikan semangat hati
yang baik dan sabar; Dan dorong hal yang sama pada anak-anak Anda,
kembangkan semua rahmat yang akan mencerahkan kehidupan rumah. Atmosfir yang akan
tercipta adalah untuk anak-anak, seperti udara dan sinar matahari mengenai
sayuran, meningkatkan kesehatan dan kekuatan jiwa, pikiran dan tubuh.
6. Tanamkan
prinsip /metode hidup yang praktis dan berguna dalam diri anak
Orang tua harus hidup lebih banyak untuk anak-anak mereka, dan lebih
sedikit untuk tetangga/masyarakat. Pelajarilah perihal
kehidupan dan kesehatan, dan letakkan pengetahuan Anda untuk penggunaan
praktis. Ajarkan anak Anda untuk beralasan karena
sebab. Ajari anak tidak senang berteori, tetapi berpikir
dan bertindak praktis dalam hidupnya. Ajari mereka bahwa jika mereka menginginkan
kesehatan, kehidupan dan kebahagiaan,
mereka harus mematuhi hukum alam, mereka harus mematuhi Term of Rule hidup bermasyarakat, dan mereka harus mematuhi
hukum-hukum Sorga Allah. Meskipun Anda mungkin tidak melihat
peningkatan yang begitu cepat sesuai keinginan Anda, jangan berkecil hati, tapi
dengan sabar dan tekun melanjutkan pekerjaan Anda.
Cara terbaik untuk melestarikan kehidupan dan membuat hidup lebih mudah,
dan bagaimana menggunakan bakat sehingga hidup dapat membawa berkah satu sama
lain dan menghormati Allah adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip dan metode
hidup sederhana yang lebih praktis. Pengetahuan ini sangat
berharga bagi anak usia muda. Ada beberapa dasar yang harus dimiliki anak untuk
mencapai metode/prinsip-prinsip praktis dalam hidupnya seperti:
a. Berpikiran
terbuka
Berpikiran terbuka berarti anak mau menerima pendapat yang benar dari
mana saja dan dari siapa saja, termasuk belajar dari teman-temannya dan mampu
memberikan penghargaan atas pendapat tersebut.
b. Mengembangkan
minat membaca buku
Membaca buku adalah membuka jendela pikiran terhadap ilmu-ilmu yang
berkembang dengan pesat. Anak harus terus belajar untuk pengembangan dirinya.
c. Mengikuti
perkembangan pengetahuan yang terjadi
Sudah seyogyanya anak harus tahu apa yang sedang menjadi tren
pengetahuan dewasa ini.
d. Mempunyai
pribadi ulet, tangguh dan mandiri
Anak diajarkan cara melepaskan semua perihal negatif yang menghambat
prestasi anak. Anak harus bisa menjadi pelaku pengolah kecerdasan sehingga
tercipta kecerdasan komprehensif yang unggul, murni dan agung.
Sebuah pembelajaran dan pelatihan usaha praktis hidup jauh lebih
berharga daripada mempelajari sejumlah mata pelajaran, bahkan untuk memiliki
pengetahuan benar kita harus memiliki kemampuan untuk menggunakan pengetahuan
benar itu dan mengajarkannya pada orang lain.
Tidak ada asap jika tidak ada api. Tidak ada akibat jika tidak ada
sebab. Manakah yang lebih praktis mneyebut ‘air’ sebagai paduan unsur Hidrogen
dan unsur Oksigen, atau sebagai H2O (air) ?, tentulah air adalah H2O yang lebih
praktis. Perihal apapun dalam hidup, bagian/muatan yang tersirat (tidak tampak)
lebih banyak dari bagian/muatan yang tersurat (tampak), tetapi efek dari yang
tersirat (tak tampak) itu dapat dirasakan dan dinyatakan tampak keberadaannya,
sehingga tingkat kenyakinan akan ditambahkan bagi orang yang mengetahuinya.
Perihal *tersirat (tak tampak) itu dapat di praktiskan., sedangkan bagian yang
tampak itu adalah pelik dan rumit.
Manakah yang lebih praktis, bila di malam hari menjelang tidur, Anda mau
mematikan lampu kamar anak anda dengan cara anda melangkah masuk ke kamar anak
dan menekan saklar lampunya, atau dengan cara anda mematikannya dengan menekan
saklar yang ada di samping tempat tidur anda yang telah terhubung dua saklar
ganda mutual ? tentulah lebih praktis dengan saklar yang di samping tempat
tidur anda. Bila esok hari gelap malam, anak mau menghidupkan lampu kamarnya dapat
dengan menekan saklar lampu di kamarnya saja, bukan lagi di kamar orang tuanya.
Itulah adanya akal budi yang berguna bagi kemudahan dan kepraktisan hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar