Dapatkan Uang, klik link ini http://projects.id/uangberkah

Rabu, 28 Juli 2021

DI TAHUN YOBEL MASIH PERLUKAH BAYAR PERPULUHAN?

DI TAHUN YOBEL MASIH PERLUKAH BAYAR PERPULUHAN? 

( Seri 1) 

(Oleh : SR. Pakpahan, SST)

Tahun Yobel adalah tahun Pembebasan yang menikmati satu kali setiap 50 tahun, bersamaan hari raya Pendamaian (Yom Kippur). 

Tahun Yobel adalah puncak dari siklus tujuh kali tahun Sabat. 
tahun Sabat = 7 tahun 
7 kali tahun Sabat = 7 x 7 tahun = 49 tahun 

Imamah 25:8-10 
selanjutnya harus menghitung  tujuh tahun sabat, yakni tujuh kali tujuh tahun; sehingga masa tujuh tahun sabat itu sama dengan empat puluh sembilan tahun . Lalu engkau harus memperdengarkan bunyi sangkakala di mana-mana dalam bulan yang ketujuh pada tanggal sepuluh bulan itu; pada hari raya Pendamaian kamu harus memperdengarkan bunyi sangkakala itu di mana-mana di seluruh negerimu. 
Kamu harus menguduskan tahun yang kelima puluh, dan memaklumkan kebebasan di negeri itu bagi jumlah penduduknya. Itu harus menjadi tahun Yobel bagimu , dan kamu harus masing-masing pulang ke tanah milik dan kepada kaumnya. 

Ketentuan tahun Yobel, penderitaan orang miskin dari jeratan hutang dan ketertindasan, seperti misalnya bebas hutang perbankan. 

Penerapan Tahun Yobel pada Sistem Pinjaman Bank. 

Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang disediakan oleh individu atau  lembaga , dimana disediakan sejumlah  uang  untuk dipinjamkan kepada  debitur , biasanya dengan  bunga . Berdasarkan kesepakatan kredit, debitur diwajibkan untuk membayar kredit secara bersamaan dengan bunga yang ditentukan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Bentuk pinjaman juga beragam, ada yang menggunakan agunan, dan tidak menggunakan agunan. Jika kredit dengan agunan biasanya dibutuhkan  jaminan  yang diberikan kepada kreditur.

Bunga kredit bank

Bunga pinjaman bank menjadi penting karena hal itu dapat berpengaruh pada kemampuan nasabah dalam membayar cicilan. Bunga pinjaman bank yang rendah sudah pasti lebih disukai karena dengan memperoleh bunga rendah, kedepannya diharapkan cicilan setiap bulan yang harus dibayarkan tidak begitu memberatkan debitur. . Ada beberapa tipe perhitungan bunga pinjaman bank, namun yang cukup sering digunakan adalah perhitungan bunga pinjaman bank bunga flat dan bunga efektif.

  1. Bunga efektif

    Sistem perhitungan bunga efektif ni biasanya digunakan untuk kredit dengan jangka waktu pembayaran yang panjang semisal Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Jika pada bunga flat besaran angsuran yang dibayarkan sama atau tetap setiap bulannya, pada bunga efektif jumlah angsuran yang dibayarkan mengalami perubahan. Hal ini karena perhitungan bunganya melihat nilai sisa pinjaman pokok, yakni jumlah hutang yang belum terbayarkan setiap bulan. 

  2. Bunga flat

    Bunga flat adalah bunga pinjaman bank yang mekanisme dan perhitungannya paling mudah serta sederhana. Perhitungan bunga flat biasanya ditemui di kredit-kredit kendaraan bermotor atau KTA. Pada pengajuan pinjaman dengan bunga flat, nilai bunga dan plafon dihitung dengan seimbang sesuai dengan tenor atau jangka waktu peminjaman.

    Sederhananya seperti ini,  Jika si A mengajukan pinjaman KTA senilai Rp 120 juta dengan jangka waktu pelunasan selama 120 bulan dengan beban bunga flat sebesar 10 persen setiap tahunnya, maka perhitungannya seperti ini:

    • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
    • Bunga per tahun: 10 persen
    • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
    • Perhitungan bunga flat: (Rp 120 juta x 10 persen): 120 bulan = Rp 100 ribu

    • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

    Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga flat yakni Rp 100 ribu  = Rp 1,1 juta, atau total bayar selama 10 tahun adalah 1,1 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 132 juta. 

    Jumlah angsuran yang dibayarkan setiap bulan tidak berubah karena itu dinamakan bunga flat atau tetap.  Jika si A tersebut di tahun ke-11 setelah 10 tahun lamanya meminjam setelah melunasi semua utangnya, lalu melanjutkan mengajukan pinjaman kembalii sebesar Rp 120 juta dengan jangka waktu pelunasan selama 120 bulan juga dengan beban bunga flat sebesar 10 persen juga setiap tahunnya, maka si A akan membayar setiap bulannya sebesar Rp 1,1 juta,  atau total bayar selama 10 tahun adalah = 1,1 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 132 juta.  Jika si A mengajukan pinjaman juga di tahun ke- 21, tahun ke-31, dan di tahun ke-41 dengan hal yang sama, maka ia selama 50 tahun telah mendapat pinjaman total sebesar Rp 120 juta x 5 tahun = Rp 600 juta, dan ia telah membayar utangnya total bayar selama 50 tahun adalah = 132 juta x 5 = Rp 660 juta. 

  3. Waktu suku bunga berbuah

Mari kita bandingkan dengan sistem pinjaman konsep PMD berikut:
Katakanlah si B mengajukan pinjaman ke Bank sebesar Rp 120 juta  dengan jangka waktu pelunasan selama 120 bulan atau 10 tahun dengan beban bunga sebesar 10 persen setiap tahunnya, maka perhitungan PMD-nya seperti berikut ini:
Begitu si B mengatakan pinjam uang Rp 120 juta ke si Bankir, maka si Bankir jawab Oke oke oke bos, lalu seketika itu juga si Bankir harus memperhirungkan jangka waktu pinjaman si B adalah selama 50 tahun dengan asumsi setiap setelah 10 tahun perhitungan bunga akan turun 1%, jadi di tahun sekarang tahun ke-1 bunga pinjaman = 10 %, di tahun ke-11 bunganya 9 %, di tahun ke-21 bunganya 8 %, di tahun ke-31 bunganya 7 %, dan di tahun ke-41 bunga pinjaman menjadi 6 %, Ketentuan ini diberlakukan jika si B terus menerus melanjutkan pinjamannya setelah pinjaman sebelumnya telah ia lunasi, ini seluruhnya selama 50 tahun. Jika si B di tengah jalan ia memutuskan stop meminjam alias tidak lagi meminjam maka ketentuan ini tidak diberlakukan. 
Mari kita buat hitung hitungannya berikut ini:
Di tahun sekarang tahun ke-1:
  • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
  • Bunga per tahun: 10 persen
  • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
  • Perhitungan bunga (Rp 120 juta x 10 persen): 120 bulan = Rp 100 ribu

  • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga  yakni Rp 100 ribu  = Rp 1,1 juta, atau total bayar selama 10 tahun adalah 1,1 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 132 juta. 

Lanjut di tahun ke-11:

  • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
  • Bunga per tahun: 9 persen
  • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
  • Perhitungan bunga : (Rp 120 juta x 9 persen) : 120 bulan = Rp 90 ribu

  • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga yakni Rp 90 ribu  = Rp 1,09 juta, atau total bayar selama 10 tahun adalah 1,09 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 130,8 juta. 

Lanjut di tahun ke-21:

  • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
  • Bunga per tahun: 8 persen
  • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
  • Perhitungan bunga : (Rp 120 juta x 8 persen) : 120 bulan = Rp 80 ribu

  • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga yakni Rp 80 ribu  = Rp 1,08 juta, atau total bayar selama 10 tahun adalah 1,08 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 129,6 juta. 

Lanjut di tahun ke-31:

  • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
  • Bunga per tahun: 7 persen
  • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
  • Perhitungan bunga : (Rp 120 juta x 7 persen) : 120 bulan = Rp 70 ribu

  • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga yakni Rp 70 ribu  = Rp 1,07 juta, atau total bayar selama 10 tahun adalah 1,07 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 128,4 juta. 

Lanjut di tahun ke-41:

Di pinjaman ke-5 mulai dari tahun ke-41 dan seterusnya hingga ke tahun ke-50 disini di tahun ke-50 ada pembebasan sisa utang sesuai Tahun Yobel.  Mari kita buat hitung hitungannya di tahun ke-41 ini sebagai berikut:

  • Jumlah pinjaman: Rp 120 juta
  • Bunga per tahun: 6 persen
  • Jangka waktu: 120 bulan (10 tahun) 
  • Perhitungan bunga  (Rp 120 juta x 6 persen) : 120 bulan = Rp 60 ribu

  • Cicilan pokok: Rp 120 juta: 120 bulan = Rp 1 juta

Jadi jumlah yang harus dibayarkan setiap bulannya adalah Rp 1 juta + besaran bunga yakni Rp 60 ribu  = Rp 1,06 juta, 

Selama 108 bulan atau 9 tahun total bayar selama 9 tahun adalah 1,06 juta x 12 bulan x 9 tahun = Rp 114,48 juta. 

Maka memasuki tahun ke-50 masih ada sisa hutang si B sebesar Rp 12,72 juta yang harus dilunasinya selama 1 tahun atau 12 kali Rp 1,06 juta setiap bulannya yang harus ia bayar agar lunas, tapi karena Tahun Yobel tahun pembebasan di tahun ke-50 maka sisa hutangnya yang Rp 12,72 juta ini akan dibebaskan atau hapus utang. 

Hal ini dapat kita terima dengan mengandaikan jika selama 10 tahun si B membayar utangnya adalah sebesar 1,06 juta x 12 bulan x 10 tahun = Rp 127,2 juta.  Tapi karena hanya membayar selama 9 tahun maka total ia bayar sebesar Rp 114,48 juta, dan karena tahun Yobel di tahun ke-50 maka sisa utang si B selama setahun lagi yang Rp 12,72 juta ( diperoleh dari Rp 127,2 juta - Rp 114.48 juta) itu tidak dibayar lagi alias penghapusan sisa hutang. 

Jadi seluruhnya si B selama 50 tahun telah mendapat pinjaman total sebesar Rp 120 juta x 5 tahun = Rp 600 juta, dan ia telah membayar hutangnya selama 49 tahun total bayar adalah = Rp 132 juta + Rp 130,8 juta + Rp 129,6 juta + Rp 128,4 juta + Rp 114.48 juta = Rp 635,28 juta. 

Padahal bila dibandingkan dengan sistem pinjaman dengan bunga flat bank, besar uang yang dipinjam sebesar Rp 600 juta dan total bayar Rp 660 juta, ini selama waktu 50 tahun. 

Jadi dengan memakai sistem waktu berbunga (bukan bukit berbunga ya bro and sis) disini si peminjam memperoleh uang lebih dalam hal pembayarannya yang dapat ia nikmati sebesar Rp 24,,72 juta (didapat dari Rp 660 juta - Rp 635,28 juta) 

Kesimpulan yang dapat kita tarik adalah rata rata bunga pertahun dengan memakai sistem bunga flat adalah 10 persen pertahunnya., sedangkan dengan sistem waktu berbunga rata rata bunga pertahunnya cuma sebesar 5,88 persen (didapat dari ((Rp 635,28 juta - Rp 600 juta) : 600 juta x 100%). Mantap oke bukan? Kita sama sama makmur, semuanya sama sama makmur, tidak ada lagi gap antara si miskin dan si kaya. 

Nah dimana unsur perpuluhannya? Bila kita perhatikan nilai rupiah sisa hutang yang dibebas-hutankan di tahun ke-50 yang ada sebesar Rp 12,72 juta ini adalah persepuluh dari Rp 127,2 juta (Rp 127,2 juta adalah rupiah yang harus diberikan dipinjaman ke-5 di tahun ke-41 hingga tahun ke-50 jika tidak ada Pembebasan sisa hutang), angka ini apa artinya bagi kita? angka ini mengatakan hal apa? Angka tersebut memberi arti bagi kita bahwa jika kita membayar 'perpuluhan' untuk Tuhan itu membuat kita bebas hutang dari orang lain, membayar di tahun Yobel. 


Selasa, 27 Juli 2021

SENI TERTINGGI TABUT PERJANJIAN

 SENI TERTINGGI TABUT PERJANJIAN

(Oleh : SR. Pakpahan, SST) 



Tabut Perjanjian adalah simbol kehadiran Tuhan Allah di tengah tengah bangsa Israel.

Tabut Perjanjian (bahasa Ibrani:הָבְרִיתAronHāb'rīt[pelafalan Yang modern yang YangAron Habrit];bahasa Arab:ابوت العهدTābūtAl-'ahd;bahasa Inggris:Tabut PerjanjianATAU Tabut Kesaksian; also disebut Tabut Hukum Allah ATAUTabut Allah (Ark of God) adalah wadah yang digambarkan dalamAlkitabberisiLoh-Loh Batu di mana tertulis Ssepuluh perintah Allah,Tongkat Harun, dan   roti manna . Menurut  Pentateukh , Tabut dibuat atas perintah Tuhan, selaras dengan penglihatan kenabian  Musa di Gunung Sinai ( Keluaran 25 : 10-16 ). Tuhan Berbicara dengan Musa "dari antara dua kerubim " di penutup Tabut ( Keluaran 25 : 22 ). Tabut dan benda-benda sucinya merupakan "keagungan Israel" ( Ratapan 2 : 1 ). Rashi dan beberapa Midrashim menyatakan bahwa terdapat dua tabut - satu dibuat Musa untuk sementara waktu dan satu lagi yang dibuat oleh  Bezaleel

Musa diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat Tabut Perjanjian ini tertulis di kitab Keluaran 25:10-22.

Keluaran 25 : 10

"Harus membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya.

Ukuran panjang 2,5 hasta ini menyimbolkan angka 2 sebagai gugusan trebel hijau atas, satu untuk trebel atas (rohani) dan satu lagi untuk trebel bawah (sekuler/kedagingan), dan angka 5 sebagai ada 5 buah kolom di masing-masing gugusan trebel atas maupun trebel bawah tersebut . Tidak trebel = unsur yang bisa berubah ubah, gugusannya bisa ditambah atau muatan isinya bisa diubah), angka 5 = grace/anugerah atau hasil hidup. 

Ukuran lebar 1,5 hasta ini menyimbolkan angka 1 sebagai gugusan bass hijau atas dimana hanya ada satu saja untuk bass atas (rohani) yang itu juga satu saja untuk bass bawah (rohani), dan angka 5 sebagai ada 5 buah kolom di masing-masing gugusan bass tersebut. Unsur bass = unsur yang tetap atau tidak bisa berubah ubah, gugusannya tidak dapat diperbanyak dan muatan isinya adalah tetap sepanjang kemajuan dimensinya), angka 5 = grace/anugerah atau hasil hidup. 

Ukuran tinggi 1,5 hasta ini menyimbolkan pergerakan bumi ke atas atau bumi mengelilingi pusatnya (matahari) dimana penciptakan dari belahan bumi siang durasi waktunya adalah sama yang disimbolkan lebaran 1,5 hasta untuk malam dan tinggi 1,5 hasta untuk siang . Bila bumi hanya menikmati siang saja atau belahan malam saja maka bumi tidak memiliki isi, melainkan memiliki luas (luas = panjang x lebar). Tetapi nyatanya di bumi ada 2 belahan yaitu belahan siang dan malam sehingga bumi memiliki isi (isi = panjang x lebar x tinggi). Dengan adanya 'tinggi' ini menyimbolkan musik malam-siang atau gelap-terang. Catatan wujud bumi di sini dikonversikan kebentuk kotak persegi empat. 

Keluaran 25 : 11

Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya kaubuat bingkai emas sekelilingnya.

Ada 2 buah lempengan emas, satu di bagian dalam dan satu di bagian luar ini menyimbolkan Kehidupan di bumi ada 2 belahan dan masing-masing belahan ada pasangan yang berpadanan. belahan malam dibagian bawah dan belahan siang di bagian atas, pasangan sisi kiri dengan sisi kanan yang sepadan. Dan 2 buah lapisan ini juga menyimbolkan adanya dua sisi kehidupan yaitu yang kehidupan biasa (disimbolkan lapisan dalam) dan yang kehidupan khusus/tidak biasa atau aneh/kabisat (disimbolkan lapisan luar). 

Keluaran 25 : 12

Haruslah engkau menuang empat gelang emas untuk tabut itu dan pasanglah gelang itu pada keempat penjurunya, yaitu dua gelang pada rusuknya yang satu dan dua gelang pada rusuknya yang kedua

Kita tahu dari sini bahwa 4 buah gelang di 4 sudut akan dipasangkan 2 buah kayu pengusung agar Tabut Perjanjian mudah dibawa berjalan di depan barisan bangsa Israel. 

Keluaran 25 : 13

Engkau harus membuat kayu pengusung dari kayu penaga dan menyalutnya dengan emas.

2 (dua) buah kayu pengusung tersebut yang disalut dengan emas, berarti Tabut Perjanjian tersebut diangkut berjalan oleh 4 orang saja (simbol dari 4 gelang) bahwa di dunia ini di bawah kendali Kerajaan Sorga ada terdapat 4 golongan kehidupan (disimbolkan 4 orang pengangkutan tabut perjanjian ).. 

Keluaran 25 : 14

Haruslah engkau memasukkan kayu pengusung itu ke dalam gelang yang ada pada rusuk tabut itu, supaya dengan itu tabut dapat diangkut.

Ini dia Tabut Perjanjian itu dapat diangkut oleh empat orang Israel. 

Keluaran 25 : 15

Kayu pengusung itu harus tetap berada dalam gelang itu, tidak boleh dicabut dari dalamnya. 

Baik berjalan saat maupun saat berhenti bangsa Israel harus membiarkan kayu pengusung itu tetap berada dalam gelang emas tersebut. 

Keluaran 25 : 16

Dalam tabut itu harus kautaruh loh hukum, yang akan kuberikan tergantung. 

Di dalam Tabut itu ada loh hukum berupa 10 perintah Allah, ada tongkat Harun yang berbunga, dan ada juga buli berisikan Manna Sorgawi. Ini semua menyimbolkan bahwa Tuhan peduli akan kebutuhan hidup umatNya itu, manusia hidup bukan dari roti saja (manna), tetapi manusia hidup lebih utama dari setiap Firman Tuhan (hukum Tuhan). Tongkat Harun yang berbunga menyimbolkan udara yang didapat bangsa Israel ketika tongkat Harun dipukul kan ke atas batu. Tongkat ini juga bisa menyimbolkan adanya batas hidup yang mana sekuler/kedagingan dan yang mana rohani yang harus diketahui oleh bangsa Israel.Semua muatan isi Tabut ini menyimbolkan muatan muatan muatan dalam konteks PMD (Pedang Mata Dua) ​​baik di Sorga (gugusan ungu), di langit (gugusan biru), maupun di bumi (gugusan hijau), yang mana hukum menyimbolkan muatan isi bass (konteks rohani), dan manna menyimbolkan muatan isi trebel (konteks kedagingan/sekuler), 

Keluaran 25 : 17

Juga harus membuat tutup pendamaian dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya.

Ukuran tutup pendamaian sudah pasti sama dengan ukuran bagian yang ditutup (Tabut tersebut). Tutup pendamaian ini menyimbolkan gugusan biru (simbol langit). Simbol langit ini sudah dijelaskan oleh simbol bumi. 

Keluaran 25 : 18

Dan harus kaubuat dua kerub dari emas, kaubuatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu

Dua buah Kerub ada di atas tutup pendamaian itu menyimbolkan gugusan ungu (simbol langit tertinggi/Sorga) 

Keluaran 25 : 19

Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di kedua ujungnya. 

Satu buah kerub di ujung sebelah sini menyimbolkan gugusan ungu bass, dan satu buah kerub lagi di ujung seselah sana menyimbolkan gugusan ungu trebel. 

Keluaran 25 : 20

Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kekepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah yang harus menghadap muka kerub-kerub itu.

Kerub kerub mengembangkan kedua sayapnya menudungi, ini menyimbolkan gugusan ungu (Sorga) menudungi atau melingkupi kehidupan di langit (gugusan biru) maupun kehidupan di bumi (gugusan hijau). Muka kedua kerub tersebut menghadap ke tengah (titik pusat kehidupan Sorgawi yang sangat/maha terang ada di titik pusatnya seperti halnya pada pelangi, di bagian pusat pelangi terang dan semakin keluar maka cahaya tidak akan ada lagi). 

Keluaran 25 : 21

Haruslah kau tempatkan tutup pendamaian itu di atas tabut dan dalam tabut itu harus ada hukum, yang akan kuberikan hadiahkan. 

Dijelaskan kembali bahwa tutup pendamaian itu menyimbolkan gugusan biru (langit), tabut itu menyimbolkan gugusan hijau (bumi), dan di dalam tabut itu ada loh hukum, tongkat Harun yang berbunga, dan buli berisikan manna yang menyimbolkan isi dari gugusan gugusan tersebut yaitu loh hukum menyimbolkan muatan/isi rohani, dan manna menyimbolkan muatan/isi kedagingan/sekuler.

Keluaran 25 : 22

Dan di sanalah Aku akan bertemu dengan engkau dan dari atas tutup pendamaian itu, dari kedua kerub yang di atas tabut hukum itu, Aku akan berbicara dengan tentang segala sesuatu yang akan kuperintahkan untuk disampaikan kepada orang Israel..  

Dimana ada Tabut Perjanjian disitulah Allah hadir menyertai bangsa Israel. 

Simbol simbol angka, huruf/kata, gambar dan lainnya pada Tabut Perjanjian ini dapat kita mengerti dengan membuat bumilah yang menjelaskan langit (Sorga). 

Kelak di masa Kerajaan Millenium nanti saat Yesus datang kembali ke-2 kali ke bumi, maka Tabut Perjanjian ini akan disempurnakan yang mana loh hukum akan digenapi dengan hukum kasih, manna digenapi dengan roti dan anggur satu kemasan, dan tongkat Harun yang berbunga digenapi dengan salib Kristus. 

Juga tutup pendamaian akan dibuat tujuh tingkat (seperti susunan 7 buah anak tangga) yang menyimbolkan kehidupan dimensi waktu (berdimensi 7).

Bila manusia taat terhadap Perjanjian antara Sorga dan bumi maka manusia akan mengalami kebahagiaan sempurna seperti indahnya warna warni pelangi (pelangi = busur Allah). Tetapi bila manusia mengingkari perjanjian tersebut maka manusia akan mengalami penderitaan seperti terpasung.