GONDANG
(MUSIK
TRADISIONIL BATAK TOBA)
Oleh
: SR.Pakpahan, SST
Dalam perkembangan musik saat ini, jenis musik yang paling pesat berkembang
adalah jenis musik populer. Menurut Sitompul (1996:1) musik populer dapat
berkembang dengan pesat karena diminati dan dimengerti oleh masyarakat dari
berbagai tingkatan sosial misalnya dari kalangan bawah sampai kalangan atas
khususnya generasi muda. Selain diminati dan dimengerti, segala sesuatu yang
berhubungan dengan musik populer dapat dengan cepat menyebar luas di
tengah-tengah masyarakat di mana penyebarluasannya melalui media seperti radio,
televisi, surat kabar, majalah, dan lain-lainnya.
Terbentuk dan berkembangnya sebuah unsur kebudayaan, dapat dilihat dari
hasil karya yang didasari oleh ide-ide kreatif oleh tokoh-tokoh dari bidang
itu, termasuk musik populer. Pada awalnya musik populer tercipta karena adanya
kontak kebudayaan (culture contact). Blues merupakan budaya Afroamerika yang
mempunyai ciri sinkopasi dan blue note. Kemudian unsur klasik Barat digabungkan
dengan budaya Afroamerika sehingga terbentuk musik ragtime, yang kemudian
berkembang menjadi jazz. Sama halnya dengan terbentuknya rock n’roll tokoh yang
paling penting pada jenis musik ini adalah Elvis Presley yang mempertemukan
unsur blues dan country. Demikian kontak kebudayaan itu terjadi yang didasari
oleh ide-ide kreatif oleh tokoh musik sehingga terciptanya banyak jenis musik
populer dewasa ini. Musik populer juga selalu memiliki hubungan dengan
eksistensi bangsa atau dalam tataran yang lebih kecil adalah etnik.
MUSIK
TRADISIONIL BATAK TOBA KINI
Bagaimana
dengan musik tradisionil di Indonesia khususnya musik tradisionil Batak Toba?
Musik Tradisonil batak toba tidak secepat berkembangnya musik populer dewasa
ini karena kurang diminati oleh masyarakat dan penyebaran musik tradisonal ini
melalui mass media dan multi media lainnya sulit dilakukan. Masyarakat batak
adalah masyarakat yang bangga dan bersemangat terhadap nilai kebudayaan dan identitas sukunya. Alangkah
ironisnya dan membingungkan sekali warisan batak luar biasa ini bisa
ditinggalkan. Kenapa musik tradisi Bali dan Jawa masih hidup, walaupun gondang
batak sekarang diambang kepunahan. Apakah kebudayaan Bali atau Jawa lebih
unggul daripada kebudayaan batak? Saya rasa tidak.
Dibutuhkan
langkah mengorganisasikan program untuk mempelajari kebudayaan tradisi batak,
tujuan dokumentasinya, pelestarian, pendidikan, dan promosi kebudayaan tradisi
batak. Bergabung dalam penelitian dan dokumentasi yang sudah dilakukan untuk
mengusahakan melawan erosi kebudayaan tradisi yang menonjol sekali, khusus
dalam bidang seni. PMD Sawi-AK menganjurkan memperhatikan seni musik gondang
batak, tapi lebih keprhatinan kepada semua aspek-aspek kebudayaan. Karena tekanan
modernisasi, globalisasi, media massa, dan daya tarik dunia barat kebudayaan
tradisi dan khusus musik gondang terancam hilang. Kehilangan musik gondang yang
disebut banyak orang sudah terjadi, tentu saja ini tragis sekali.
Upacara dan
pesta yang dulu berperan sebagai tempat penampilan musik tradisi nenek moyang semakin
kurang karena orang lebih suka grup keyboard atau trio vokal yang lebih
mencerminkan modernitas dan kejauhan dari semua hal yang disebut kampungan.
Musik pop batak yang tentu juga adalah identitas etnis suku batak toba,
biasanya ada musik country dan balada pop tua Amerika yang memakai bahasa
batak. Musiknya tidak ada hubungan kuat dengan masyarakat batak, kecuali
sekali-sekali sebagai contoh kebudayaan dalam proses perubahan, tapi betapa
tragis kalau musik pop batak ini menggantikan musik gondang yang merupakan
warisan berharga tapi kurang dihargai.
Semakin lama
semakin banyak pemain gondang meninggal dunia dan pemain yang lebih muda
didorong oleh hal-hal estetis dan ekonomis untuk main musik yang lebih laris.
Kemungkinan muncul bahwa musik gondang akan hilang sebahagian besar atau
semuanya. Ini tidak boleh diabaikan. Ada kemungkinan besar bahwa gondang hanya
akan bertahan hidup dalam konteks agama Parmalim yang masih mempergunakan musik
ini dalam konteks aslinya. Mereka mempergunakan musik nenek moyangnya untuk
menghormati nenek moyang tsb dan untuk menyampaikan doa ke Debata Mulajadi
Nabolon.
Betapa
tragis kalau dalam hidup warisan batak berbentuk musik indah ini, yang punya
sejarah sangat lama, berharga dan sangat unik di dunia, akan punah. Musik
gondang batak adalah musik sakral dan luar biasa di Sumatera Utara, tetapi
musik ini mungkin akan punah karena masyarakat yang melahirkannya tidak lagi
cukup perduli.
Bila musik
pop Batak dipersembahkan di video biasanya di kaset karaoke, rasanya hampir
selalu ada tentang kerinduan desa, Danau toba, dan gaya hidup yang sering
dianggap sudah hilang. Dalam video sejenis ini, sering penyanyi dan penari
pakai pakaian tradisi menari tortor di depan rumah tradisi, atau dipinggir
danau toba. Dalam video ini, kadang kita melihat sekilas ansambel musik tradisi
Batak Toba; Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi. Penglihatan sekilas ini,
bagaimanpun biasanya sangat singkat sekali dan hampir tidak pernah dibolehkan
mendengar suara alat-alat ini dalam gambaran kebudayaan Batak Toba yang
ditengahi dan diatur oleh media. Kelompok musik tradisi Batak Toba sudah
menjadi lambang kebudayaan yang dilucuti oleh konteks dan makna asli. Gara-gara
kekuatan media massa dalam hidup modern ini, masyarakat Batak Toba, khususnya
pemuda yang tinggal di kota menganggap musik tradisi mereka sebagai simbol
kebudayaan Batak tradisi, tetapi simbol tersebut melambangkan baik pemandangan
hidup maupum astetis musik yang biasanya mereka diasingkan dalam kehidupannya
sehari-hari.
Karena
alasan itu, PMD Sawi-Ak disini peduli berbagi pengetahuan bagi para musisi muda
batak toba untuk menggeluti dan mengembangkan musik tadisonal batak toba. Musik
tradisionil batak toba disebut juga musik Gondang.
GONDANG
Musik
tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga arti untuk kata
“gondang” :
1. Satu jenis musik tradisi Batak toba.
2. Komposisi
yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi berjudul Gondang Mula-mula,
Gondang Haroharo dsb
3. Alat musik “gendang”.
Ada 2 ensembel
musik gondang (musik tradisionil batak), yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan diluar rumah atau dihalaman
rumah; dan gondang Hasapi yang
biasanya dimainkan dalam rumah.
1. Ensembel musik Gondang Sabangunan
Gondang Sabangunan terdiri dari :
-
Satu Sarune
bolon (sejenis alat tiup obo/aerophone double reed, atau Shawm). Pemain sarune
mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus
menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali
tanpa henti untuk tarik nafas.
-
Taganing
(perlengkapan terdiri dari lima gendang yang dikunci, lima gendang ini satu
sisi berbentuk konis punya peran pembawa melodis dengan sarune tsb) (sejenis
alat drum chime)
-
Satu Gordang
(sebuah gendang besar satu sisi berbentuk konis yang berperan pembawa irama
ritme),
-
Empat Ogung
yang disebut empat gong (ogung oloan, ihutan, panggora, dan ogung doal), tetapi
irama siklus doal (irama gondang) lebih singkat. Ogung (gong) dari
besi atau tembaga seperti yang ada pada saaat ini yang berfungsi sebagai Bass
atau Rhytm terdiri dari 4 buah yaitu: Oloan, Ihutan, Panggora dan Doal. Oloan
dan Ihutan sebagai Bass yang bernada Do untuk Oloan dan Re atau Ri untuk
Ihutan. Sedangkan Doal dan Panggora sebagai Rhytm. Doal bernada Mi dan Panggora
bernada Sol.
-
Satu hesek
sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau
logam) yang membantu irama (sejenis alat Cymbal, Wood block, Singing bowl,
Steel tongue drum, Triangle, Marimba,
Maracas, Flexatone).
Sarune bolon:
Alat musik ini terbuat dari
logam. Sarune Bolon memiliki enam lubang nada dan berperan sebagai pembawa
melodi. Alat ini termasuk bagian dari perangkat gondang sabangunan dari Batak
Toba yang digabungkan dengan instrumen Taganing (perangkat gendang), gondang
(gendang berukuran besar), ogung (gong), hesek (simbal), dan adap (gendang
kecil). Sedangkan pada masyarakat Simalungun, sarune bolon merupakan bagian
dari perangkat gindrang saparangguan. Sarune bolon dimainkan bersama gondrang
sipitu-pitu, gondrang sidua-dua, ogung, mongmongan,dan sitalasayak saat upacara
adat.
Taganing:
Taganing adalah salah satu
alat musik Batak Toba, yang terdiri lima
buah gendang yang berfungsi
sebagai pembawa melodi dan juga sebagai
ritem variable dalam beberapa lagu. Klasifikasi instrumen ini termasuk ke dalam
kelompok membranophone, dimainkan dengan cara dipukul membrannya dengan
menggunakan palupalu (stik).
Taganing adalah drum set melodis
(drum-chime), yaitu terdiri dari lima buahgendang yang gantungkan dalam sebuah
rak. Bentuknya sama dengan gordang, hanyaukurannya bermacam-macam. Yang paling
besar adalah gendang paling kanan, dan semakin ke kiri ukurannya semakin kecil.
Nadanya juga demikian, semakin ke kiri semakin tinggi nadanya. Taganing ini
dimainkan oleh satu atau 2 orang dengan menggunakan dua buah stik. Dibanding
dengan gordang yang relatif konstan,
maka taganing adalah melodis.
Masuk dalam jenis alat musik membranphone
yang berebentuk tabung, yang merupakan alat pukul atau tabuh. Seperangkat (set)
Taganing terdiri 5 buah. Di dalam sebuah permainan, posisi Taganing sangat
penting. Selain tabuhan Taganing yang berpadu dengan melodi Serune, juga
berfungsi sebagai dirigen yang memberikan aba-aba, dan memberikan pengaruh
semangat pada semua musisi yang terlibat.
Gordang:
Gordang (single headed drum)
adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu satu buah gendang yang lebih besar dari taganing yang berperan sebagai
pembawa ritem konstan mau pun ritem variable.
Ogung:
Ogung merupakan alat musik sekaligus alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat batak.
Ogung itu sendiri berbentuk gong dengan ukuran yang bervariasi. Ogung adalah salah
satu bagian daripada Gondang Sabangunan (terdiri dari Taganing,
Ogung, Sarune dan Hesek),
yang dipakai untuk upacara adat seperti upacara meninggal orang tua yang sudah
punya cicit, menggali tulang belulang orang tua untuk dipindahkan ke bangunan
yang telah disediakan, bahkan pada upacara adat perkawinan.
Berikut
adalah macam-macam ogung dari etnis batak toba:
1.
Ogung
Panggora: Panggora memiliki arti “yang berseru, memberi efek kejut”. Disebut
demikian karena bunyinya yang menggelegar dank eras dibandingkan ogung-ogung
lainnya.
2.
Ogung
Ihutan :Dinamai Ogung Ihutan karena
tugasnya mengikuti bunyi ogung oloan. Ikutan berarti “yang mengikuti”. Nama
lain ogung ini adalah pangalusi berarti “jawaban”. Ogung ini memiliki nada yang
lebih tinggi dibandingkan Ogung Oloan.
3.
Ogung Doal:
Ogung ini berfungsi menambah variasi bunyi ogung saja, dengan menambah ritme
tambahan, terdiri atas beberapa jenis, antara lain:
1. Ogung Doal Oloan: Ogung yang
memiliki nada rendah. Ogung ini menghasilkan bunyi yang beritme konstan supaya
diikuti bunyi ogung lainnya. Hal ini yang menyebabkan ogung ini dinamai oloan yang
berarti “diikuti” Disebut-sebut sebagai kepala pemimpin semua ogung.
4.
Ogung Jeret
Hesek:
Hesek adalah salah satu alat musik Batak Toba, yang instrumen
pembawa tempo (ketukan dasar) yang terbuat dari pecahan logam atau besi dan
kadang kala dipukul dengan botol kosong. Instrumen ini dimainkan dengan cara
mengadu pecahan logam tersebut sesuai dengan irama dari suatu lagu. Klasifikasi
ini termasuk kedalam kelompok idiophone.
Pada ensembel gondang sabangunan,
alat musik taganing (drum chime) dan sarune bolon (obo atau shawm) berfungsi
sebagai pembawa melodi; alat musik ogung (gong) dan hesek (cymbal) berfungsi
sebagai pembawa ritme konstan, dan alat musik gordang (gendang besar) berfungsi
sebagai pembawa ritme variatif. Alat perkusi hesek (cymbal) ini hanya berfungsi
untuk membantu memperkuat irama saja. Alat musik ogung khususnya ogung
doal berfungsi untuk membentuk pola
irama (doal) dengan siklus yang singkat.
Tangga nada yang dipakai dalam
ensembel Gondang Sabangunan adalah tangga nada yang dikunci membentuk 5 not:
1-2-3-4-5 sebagai tangga nada pentatonis yang tadinya berasal dari tangga nada
diatonik (tangga nada 1 oktaf: 1-2-3-4-5-6-7). Tangga nada gondang sabangunan
disusun dalam cara yang sangat unik, tangga nadanya dikunci dalam cara yang
hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari urutan
pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan dimusik Barat:
do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis yang sangat unik. Oleh
tangga nada yang dikunci (pentatonis) ini memberi variasi antara alat musik
Sarune bolon dan Taganing, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang
punya variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis
pemain sarune dan pemain taganing.
Sesuai
perkembangan zaman dan teknologi, alat musik Brass band bisa ditambahkan
sebagai pengiring pada ensembel gondang sabangunan agar terbentuk tekstur
polifoni/homofoni.
2. Ensembel musik Gondang Hasapi atau Uning-uningan
Sebahagian besar ensembel gondang
sabangunan juga dimainkan dalam konteks ensembel gondang hasapi. Ensembel ini
terdiri dari :
-
Hasapi ende
(sejenis gitar kecil yang punya dua tali) (Short Neck Lute Melody atau pluked
lute dua senar) yang berfungsi pembawa melodi.
-
Hasapi doal
(sejenis gitar kecil yang punya dua tali) (Short Neck Lute Appregiation). Hasapi
doal atau pluked flute dua senar yang berfungsi
pembawa pola irama gondang.
-
Garantung
(sejenis gambang kecil) (Wooden Xylophone) yang berfungsi pembawa melody ambil
peran taganing dalam ansambel gondang hasapi, garantung terdiri dari 5 atau 7
wilahan nada.
-
Sulim
(sejenis seruling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar,
seperti sulim dze dari Cina) (Side Blown Flute),
-
Sarune etek
(sejenis klarinet) yang ambil peran sarune bolon dalam ensembel ini. Sarune etek (shawn) adalah
instrumen pembawa melodi yang memiliki reed tunggal (single reed).
-
Hesek
(sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat ini ada botol yang
dipukul dengan sebuah sendok atau pisau) (Cymbals).
Hasapi ende:
Hasapi ende (pluked lute dua senar) adalah instrumen
pembawa melodi dan merupakan instrumen yang
dianggap paling utama dalam ensambel gondang hasapi.
Klasifikasi instrumen ini termasuk ke
dalam kelompok chordophone. Tune atau sistem dari kedua senarnya adalah dengan
interval mayor yang dimainkan dengan cara mamiltik (memetik).
Hasapi doal:
Hasapi doal (pluked flude dua senar), instrumen ini
sama dengan hasapi ende namun dalam permainannya hasapi doal berperan sebagai
pembawa ritem konstan. Ukuran instrumen hasapi doal lebih besar sedikit dari
hasapi ende.
Klasifikasi instrumen ini termasuk ke
dalam kelompok chordophone. Tune atau sistem dari kedua senarnya adalah dengan
interval mayor yang dimainkan dengan cara mamiltik (memetik).
Garantung:
Garantung (dibaca garattung) adalah salah satu
alat musik Batak Toba, Sumatera Utara yang merupakan
pembawa melodi yang terbuat dari kayu dan memiliki lima bilah nada. Klasifikasi
instrument ini termasuk ke dalam kelompok xylophone. Selain berperan sebagai
pembawa melodi, juga berperan sebagai pembawa ritem variable pada lagu-lagu
tertentu, dimainkan dengan cara mamalu (memukul 5 bilah nada).
Garantung terdiri
dari 7 wilahan yang digantungkan di atas sebuah kotak yang sekaligus sebagai
resonatornya. Alat musik ini dimainkan dengan menggunakan dua buah stik untuk
tangan kiri dan tangan kanan. Sementara tangan kiri berfungsi juga sebagai
pembawa melodi dan pembawa ritme, yaitu tangan kiri memukul bagian tangkai
garantung dan wilahan sekaligus dalam memainkan sebuah lagu. Seiring
perkembangan zaman mengikuti tangga nada internasional (diatonis 1 oktaf), maka
garantung terdiri dari 11 wilahan, dimulai dari paling kanan adalah nada paling
rendah nada 5, (sol rendah) dan paling kiri adalah nada paling tinggi nada 1’
(do tinggi).
Sulim:
Sulim (transverse
flute) adalah salah satu alat musik Batak Toba, yaitu alat
musik yang terbuat dari bambu, memiliki enam lobang nada dan satu lubang tiupan. Dimainkan
dengan cara meniup dari samping (slide blow flute) yang dilakukan dengan
meletakkan bibir secara horizontal pada pinggir lobang tiup. Instrument ini
biasanya memainkan lagu-lagu yang bersifat melankolis ataupun lagu-lagu sedih.
Klasifikasi instrument ini termasuk dalam kelompok aerophone.
Sarune etek:
Sarune
etek (shawn)
adalah instrumen pembawa melodi yang memiliki reed tunggal (single reed). Klasifikasi ini termasuk
dalam kelompok aerophone yang memiliki lima lobang nada (empat di bagian atas,
satu di bagian bawah), yang dimainkan dengan cara mangombus marsiulak hosa
(circular breathing).
Hesek: (lihat hesek pada gondang
sabangunan)
Pada ensembel gondang hasapi, alat
musik garantung (gambang kecil atau wooden xylophone), sarune etek (clarinet),
sulim (sulim dze atau side blown flute) dan hasapi ende (gitar kecil punya dua
tali atau short neck lute melody) berfungsi sebagai pembawa melodi; alat musik hasapi
doal (gitar kecil punya dua tali atau short neck lute appregiation) berfungsi
sebagai pembawa ritme variatif, dan alat perkusi hesek (cymbals) berfungsi
sebagai pembawa ritme konstan. Alat perkusi hesek (cymbal) ini hanya berfungsi
untuk membantu memperkuat irama saja.
Tangga nada yang dipakai dalam musik
gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam gondang sabangunan, tetapi
lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena
pengaruh musik gereja Kristen.
Pada keduanya
ensembel gondang sabangunan dan gondang hasapi, dapat diberikan kontribusi alat
musik tiup Saxophone dan teknik bermain yang bagus. Teknik permainan sarune
bolon (ensembel gondang sabangunan) dan teknik permainan sarune etek (ensembel
gondang hasapi) secara eksplisit diteruskan oleh alat musik tiup saxophone yang
tetap berlatar belakang budaya musik batak toba.
MASA DEPAN MUSIK TRADISIONIL
BATAK TOBA
Sesuai
perkembangan zaman dan teknologi, ensembel gondang sabangunan dan gondang
hasapi/uning-uningan mengalami pembaharuan juga, gaya
permainan brass band sebagai cikal bakalnya musik populer Batak Toba.
Bila
ensembel gondang sabangunan dialihkan kepada ensembel musik Brass band maka ada
instrumen yang akan diganti alihkan oleh instrumen lain, seperti:
1.
Taganing
diganti alih oleh trombon, pembawa melodi
2.
Gordang
diganti alih oleh drumset, pembawa ritme variatif
3.
Ogung oloan
diganti alih oleh sausafon, pembawa ritme konstan
4.
Ogung ihutan
diambil alih oleh saxofon alto, pembawa ritme konstan
5.
Ogung doal
diambil alih oleh trombon, pembawa ritme konstan
6.
Ogung
panggora diambil alih oleh saxofon tenor, pembawa ritme konstan
7.
Sarune
diambil alih oleh trumpet atau clarinet, pembawa melodi
8.
Hesek
diambil alih oleh cymbal, pembawa ritme konstan
Awalnya musik populer Batak Toba dipengaruhi oleh musik gereja, yang dapat
ditelusuri melalui penggunaan tangga nada diatonis (diatonic scale) nampak di
dalam melodi-melodi yang diciptakan dan digunakan dalam berbagai peristiwa
budaya. Dalam pertunjukannya, mereka melakukan akulturasi antara budaya Barat
dan Batak Toba, yang diadu sedemikian rupa menjadi budaya populer. Musik
populer Batak Toba itu berkembang dengan masuknya pengaruh budaya asing dan
berinteraksi dengan budaya Batak Toba.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, masyarakat dan para pemusik Batak
Toba banyak mendengar berbagai jenis irama, dengan media utamanya adalah radio,
tape recorder, video compact disk, dan televisi. Karena seringnya mendengar
musik dalam berbagai irama, para pemusik mendapatkan wawasan secara musikal,
alhasil timbul keinginan para pemusik membuat sesuatu yang baru di dalam musik
populer Batak Toba yang membawa musik Batak Toba itu kepada
perkembangan-perkembangan.
Pada masa konstelasi musik, masa sebuah hasil interaksi antara corak gaya
sebelumnya dengan gaya baru (corak yang sedang ada pada masa ini dalam musik
populer secara umum), muncul sejumlah pemusik baru yang mencoba memunculkan dan
membuat lebih baru dari masa sebelumnya. Masa ini dapat dikatakan suatu trend
baru dalam blantika musik populer Batak Toba, dikarenakan pada masa sebelumnya
ada lagu-lagu yang diciptakan komponis Batak Toba saat ini, penggarapannya
digabung secara tradisi dan teknologi modern. Misalnya lagu Sinanggar Tullo
digarap oleh Andolin Sibuea ke dalam irama remix akan tetapi menggunakan alat
musik tradisional seperti sulim Batak dan taganing (drum chime) dipadukan
dengan alat instrumen modern (berasal dari kebudayaan Barat) seperti
seperangkat alat band dan program keyboard synthesizer. O Tano Batak lagu ini
digarap oleh Vicky Sianipar dengan bentuk rock dan dimasukkan unsur-unsur
orkestra Barat.
Selain lagu-lagu lama digarap dengan bentuk komposisi baru muncul juga
lagu-lagu baru di mana sistem penggarapannya mengadopsi beberapa elemen,
estetika, harmoni dan juga instrumen sehingga munculnya suatu rasa baru yang
lebih dinamis salah satunya instrumen saksofon, hal seperti ini dinamakan
perpaduan antara beberapa kebudayaan atau cultural contact. Pengambilan
elemen-elemen budaya asing dan mencoba menggabungkan dengan budaya sendiri
sehingga terjadi suatu interaksi yang menghasilkan model baru dan rasa yang
lebih dinamis. Dalam musik populer Batak Toba, instrumen saksofon fungsi
utamanya adalah membawa melodi antara frase-frase vokal yang kosong.
Munculnya budaya populer yang boleh dikatakan sebagai sebuah revolusi dalam
perkembangan budaya telah dapat merapatkan jurang pemisah antara golongan elit
dan rakyat biasa (Donald 1968:15). Munculnya budaya populer kadang-kadang
menimbulkan kekeliruan. Rosenberg menerangkan beberapa kekeliruan atau anggapan
orang ramai yangkurang tepat tentang budaya populer. Orang selalu mengaitkan
kemunculan budaya populer dengan kapitalisme, yang berawal di Amerika Serikat,
dan berasal dari sistem politik demokrasi (Rosenberg 1960:11). Anggapan seperti
itu tidak disetujui Rosenberg karena ia percaya bahwa pengaruh perkembangan
teknologi pertumbuhan budaya populer adalah besar sekali.
Fungsi utama musik populer Batak Toba adalah sebagai kontinuitas kebudayaan
dan mempertahankan jati diri masyarakat Toba secara keseluruhan. Fungsi-fungsi
lainnya adalah untuk kepentingan ekonomi dalam konteks kapitalisasi global,
integrasi antar warga Batak, sebagai bagian dari stabilitas dan kesinambungan
kebudayaan, hiburan, mata pencaharian, dan lain-lainnya. Penggunaannya umumnya
adalah memeriahkan acara pesta perkawinan, kematian, adat, dan lainnya,
terutama yang berkaitan dengan budaya Batak Toba.
Struktur melodi musik populer Batak Toba menggunakan sistem tangga nada
diatonik terutama mayor Barat, yang disesuaikan juga dengan struktur modal
dalam musik Batak Toba lama. Nada dasar mengikuti alur tangga nada Barat, mayor
atau minor mengutamakan nada dasarnya. Wilayah nada menggunakan satu oktaf
lebih sedikit. Formula melodi yang digunakan umumnya binari atau ternari.
Konturnya yang paling umum adalah pendulum.
Kami selanjutnya mengambil kesimpulan umum, bahwa musik populer Batak
adalah hasil yang kompleks dari proses penempatan diri masyarakat Batak dalam
kondisi Sumatera Utara, Indonesia, dan Dunia yang serba berkembang secara
pesat. Di dalamnya dilakukan akulturasi, inkulturasi, dan enkulturasi budaya,
dalam konteks globalisasi, dengan tetap memelihara nilai-nilai tradisional yang
diwariskan dari nenek moyang masyarakat Batak Toba.
Ini barulah dalam tahap awal, tentu masih perlu terus
disempurnakan terutama oleh para ilmuwan yang berkaitan bidang ilmunya. Selain
itu, alangka idealnya apabila penelitian ini melibatkan berbagai pakar,
terutama yang terkait, seperti budayawan, ekonom, antropolog, ahli hukum, dan
lainnya mengkaji bersama keadaan musik populer Batak Toba ini, dalam kajian
multi disiplin ilmu. Sehingga dihasilkan suatu kajian yang mendalam dan
kompriensif, yang selanjutnya dapat dipergunakan untuk perkembangan musik
populer Batak Toba di masa depan. Selain itu, kami memohon kepada semua
intelektual musik (budaya) Batak Toba agar terus meneliti, menggali, dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat Toba, buatlah inovasi-inovasi,
terobosan-terobosan baru dan pembaharuan demi kemajuan peradaban masyarakatnya,
seperti lagu Danau Toba ciptaan SR.Pakpahan,SST lagu digarap dalam musik PMD (Pedang
Mata Dua) sehingga lagu ini dinobatkan sebagai Juara ke-2 memenangkan
perlombaan cipta lagu/hymne Danau Toba oleh penyelenggara Yayasan Pencinta
Danau Toba (YPDT) sehingga penciptanya memperoleh hadiah uang Rp.500.000 saja,
seandainya lagu ini digarap dalam ensembel musik tradisional batak toba, maka
akan memperoleh hadiah Rp.10 juta. Untuk mendengar lagu Danau Toba, pengunjung
dapat melihatnya di website http://www.SMPPress.Com dan jangan lupa membeli lagu tersebut
untuk memperbanyak dokumentasi /arsip lagu-lagu anda.
KESIMPULAN
Gondang merupakan sebutan untuk orkes
tradisional dari 3 Batak Toba. Ada 2 jenis orkes gondang, yaitu Gondang
Sabangunan (dimainkan di luar rumah/di bawah langit) dan Gondang Hasapi atau
Uning-uningan (di dalam rumah). Keduanya terdiri dari beberapa alat musik yang
hampir sama, meskipun ada juga perbedaan pada tipe permainannya yaitu; gondang
Sabangunan memainkan pola ritmis, sedangkan gondang Hasapi cenderung memainkan
pola melodis. Gondang hasapi adalah sebuah sajian musik masyarakat Batak Toba
yang berbentuk Ansambel dengan instrumen antara lain: Hasapi (chordophone),
Sarune Etek (aerophone), Sulim (aerophone), Taganing (membranophone), Garantung
(idiophone melodis), Hesek (concussion idiophone) dan Ogung (idiophone).
(1) bentuk penyajian gondang hasapi merupakan bentuk penyajian musik
ansambel, yang terdiri dari hasapi, garantung, sarune etek, sulim, taganing,
ogung, hesek. (2) Teknik permainan instrumen pada ansambel gondang hasapi yang
mencakup instrumen (a) hasapi yang teknik memainkannya dengan menggunakan
teknik mamiltik atau tukkel. (b) garantung teknik memainkannya dengan
menggunakan teknik mangarapat, manganak-anaki, didang-didang, dan polyphonic,
(c) sarune etek yang cara memainkannya dengan cara ditiup dengan menggunakan
teknik marsiulak hosa, mandila-dila, manghapit, piltik dila, piltik jari,
menutup dan membuka lubang angar-angar, (d) Sulim yang cara memainkannya dengan
cara ditiup dengan menggunakan teknik manggarutu, mangarapol, mandila-dila,
mambunga-bungai, manggotapi, dan mangandung-andung, (e) taganing teknik
memainkannya dengan cara memukul dengan pola permainan mangodap-odapi,
manganak-anaki, dan mangarapat, (f) untuk ogung oloan dan ogung ihutan teknik
memainkannya dipukul dengan teknik lepas, ogung panggora dipukul dengan satu
tangan, sementara tangan lainnya memegang alat musik yang bertujuan untuk
menghentikan gema dari gong, (g) hesek teknik memainkannya dengan cara memukul.
(3) fungsi sosial yang terkandung dalam musik gondang hasapi bagi masyarakat
Batak Toba di Yogyakarta yaitu: (a) musik sebagai pengikat solidaritas sosial,
(b) musik sebagai respon fisik, (c) musik sebagai kesinambungan budaya, (d)
musik sebagai pengintegrasian masyarakat, (e) musik sebagai pengungkapan emosional,
(f) musik sebagai pendidikan, (g) musik sebagai hiburan, (h) musik sebagai
pelengkap ritus religi, (i) musik sebagai identitas masyarakat.
Teknik masing-masing instrumen musik gondang
hasapi yaitu teknik memainkan alat musik hasapi ialah dengan cara mamiltik atau
dahulu disebut tukkel (dipetik). Teknik memainkan instrumen musik garantung
menggunakan mangarapat, maganak-anaki dan teknik Polyphonic. Teknik memainkan
instrumen sarune etek yang cara memainnkannya dengan cara ditiup dengan
menggunakan teknik marsiulak hosa, mandila-dila, manghapit, piltik dila, piltik
jari, dan teknik menutup dan membuka lubang angar-angar. Teknik memainkan
instrumen sulim Batak Toba yang cara memainkannya dengan cara ditiup
menggunakan teknik manggarutu, mangarapol, mandila-dila, mambunga-bungai,
manggotapi, dan mangandung-andung. Adapun teknik memainkan taganing dengan cara
dipukul dengan pola permainan mangodap-odapi, manganak-anaki, dan mangarapat.
Teknik memainkan instrumen Ogung oloan dan ogung ihutan teknik memainkannya
dengan cara dipukul dengan teknik lepas, di mana gema dari bunyi gong yang
dipukul dibiarkan terus berbunyi hingga hilang dengan sendirinya. Ogung
panggora dipukul dengan satu tangan, sementara tangan lainnya memegang badan
alat musik yang bertujuan untuk menghentikan gema dari gong. Hesek Teknik
memainkannya ialah dengan cara memukulkan stik ke botol, agar menghasilkan
suara yang nyaring.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar