Dapatkan Uang, klik link ini http://projects.id/uangberkah

Jumat, 14 Juli 2017

TRANSGENDER & SEKSUALITAS

TRANSGENDER & SEKSUALITAS

(Oleh : SR.Pakpahan, SST)




8 (DELAPAN) PESAN BAGI ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK TRANSGENDER (WARIA)

(Oleh : SR.Pakpahan, SST)


            Banyak film yang mempertontonkan seseorang laki-laki yang memakai pakaian perempuan lengkap, make-up lengkap dan perilaku attitude-nya persis seorang perempuan, yang membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Film semacam ini diangkat dari fenomena realitas kehidupan para transgender atau waria, seperti film dokumenter “The Last Bissu” diproduksi tahun 2004 yang disutradarai oleh seorang perempuan asal Amerika Serikat, Rhoda Grauer dan  produsernya adalah Shanty Harmayn. Juga film berjudul “Madame X (2010) yang dibuat oleh Lucky Kuswandi, film in bercerita tentang seorang waria superhero yang memberi perlawanan terhadap ormas yang mengatas namakan agama
            Seorang peneliti bernama Dede Oetomo dalam bukunya yang berjudul: “Memberi Suara Pada Yang Bisu” mengatakan transgender atau waria bukanlah pengaruh budaya barat, waria sudah ada di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Seperti kaum Bissu di Sulawesi Selatan yang memiliki posisi penting dalam menjaga pusaka milik suku bugis
            Tansgender adalah salah satu bagian dari LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender). LGBT adalah perilaku penyimpangan seksual. Transgender adalah penyimpangan seseorang yang berperilaku perempuan, padahal secara fisik ia seorang laki-laki. Transgender atau waria di Indonesia bukanlah hal tabu,. Waria bukanlah suatu hal yang jijik, bukan sebagai bahan olok-olokan, bukanlah suatu penyakit yang membahayakan masyarakat, sepanjang perilaku itu tidak menimbulkan kesalahan dan dosa dalam hidup.
            Agar transgender tidak disalah gunakan dan tidak  terjerumus dalam lembah hitam, maka bagi orang tua yang memiliki anak berperilaku buruk dalam hal penyimpangan seksual, perlu mendidik dan mengajar anak dengan benar sesuai ajaran Firman Tuhan agar anak memiliki karakter diri yang unggul dan memiliki kecerdasan yang komprehensif.



8 (DELAPAN) PESAN SINGKAT BAGI ORANG TUA AGAR ANAK TERHINDAR DARI PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL
Berikut ada 8 (delapan) cara untuk membentuk karakter unggul seorang anak, sebagai cara  penjagaan dan perlindungan yang nyata  dari setiap godaan dan pencobaan yang datang untuk merongrong diri anak, sebagai berikut:
1.  Bekali anak dengan Pengetahuan yang benar, hubungan anak dengan orang tua yang membuat diri anak sehat dan penuh kasih.
Anak-anak yang melihat orang tua mereka saling mengasihi dan menghormati dalam kehidupan nyata, akan dapat membuat diri anak bertumbuh sehat dan penuh kasih, sebuah dasar telah diletakkan untuk harapan-harapan yang realitas dan sehat di dalam kehidupan anak. Seorang ayah yang menonjolkan keindahan sejati adalah dengan menemani istrinya di dalam rumah. Diperlukan banyak ajaran kasih antara ayah dan ibu dan mengajari anak-anak pandangan tentang kasih berdasarkan Firman Tuhan. Anak-anak perlu melihat hubungan ayah dan ibunya yang harmonis penuh cinta kasih sayang. Seorang ayah dapat memberikan sebuah pesan yang jelas tentang keindahan dan apa yang membuat anak tertarik. Duduk bersama di ruang keluarga, membahas sesuatu hal secara bersama, peduli kekurangan orang lain, membersihkan rumah secara bersama adalah contoh-contoh yang indah tentang siapa yang memiliki kasih dan apa yang berharga dari kasih itu.
2.  Lingkungan rumah yang sehat.
Semua bentuk kecanduan terhadap kegiatan yang merangsang dan tindakan-tindakan adiktif adalah metode-metode untuk melarikan diri. Pastikan rumah kita adalah tempat perlindungan yang nyaman dari dunia luar/asing, dimana cinta, kehangatan, dukungan dan penerimaan kritik yang bebas selalu diberikan kepada anak-anak. Memuji seorang anak, bukan karena hasil akhir yang ia peroleh, tetapi memuji seorang anak karena tekad usaha dan kerja kerasnya yang ia lakukan, akan mengembangkan kepuasan dalam kerja keras di dalam diri anak, pada akhirnya ini akan membuat anak maju dan berkembang mencapai kesuksesan. Ketika seorang anak dipuji karena kerja kerasnya dan karena upayanya dalam mencapai sesuatu, akan terbentuk sebuah karakter anak yang menemukan kepuasan dan kenikmatan dalam kerja keras. Kemudian, ketika stres dan tantangan, atau pencobaan datang, kemungkinan anak tidak lagi beralih kepada penolong-penolong emosional dari tindakan-tindakan adiktif yang merusak diri anak. Tetapi jika anak merasakan rumah tidak lagi sebagai tempat yang hangat, ramah dan menggembirakan, maka anak akan tertarik untuk mencari perlindungan di luar/tempat lain. Dan hal-hal negatif dari tempat kegelapan adalah pelarian yang mudah.
            Rumah seharusnya menjadi tempat pelarian, bukan sebaliknya ditinggal lari. Dalam kerangka rumah tangga sebagai tempat perlindungan, seorang anak harus diajarkan teknik-teknik yang sehat dan cara-cara yang membangun untuk mengatasi stres, Teknik-teknik yang beragam ini dimulai dari tidur yang cukup dan berkualitas, diet sehat atau makanan bergizi dan seimbang, belajar rajin, olah raga teratur, serta berdoa dan percaya kepada kekuatan Tuhan.
3.  Ajarkan kepada anak pentingnya menahan/menolak godaaan
Budaya kerja bagi anak yang sudah bekerja atau budaya belajar bagi anak yang masih sekolah sangat besar pengaruhnya bagi kemajuan anak, Budaya “Belajar sekarang, bermain kemudian (jika tidak ada lagi tugas PR yang harus dikerjakan)” adalah baik ditanamkan bagi pertumbuhan karakter anak, dan menghindari budaya instan/budaya “Bermain sekarang, belajar kemudian”.
Adalah sangat penting bagi pengembangan karakter anak untuk menanamkan prinsip menolak godaan. Pengaruh negatif ada tersedia di internet yang mengakses ke dunia maya sangat mudah, Pengaruh negatif ada tersedia dalam pergaulan bebas/tidak benar, bila dibanding dengan mengembangkan dan memelihara hubungan-hubungan pribadi di dunia nyata yang baik. Kegiatan yang merangsang atau tindakan adiktif membuat anak mendapat kepuasan yang semu, anak akan tumbuh menjadi seorang yang lebih mudah menemukan kesenangan untuk dirinya sendiri, daripada memberi cinta dan perhatian kepada orang lain dan daripada merespon cinta yang tulus dari orang lain yang ia terima.
Menahan godaan adalah sebuah prinsip yang diajarkan di masa kanak-kanak saat seorang anak diajar untuk taat ketika ibu atau ayah berkata “Tidak”. Anak-anak yang diberikan segala sesuatu yang mereka minta akan mengembangkan karakter-karakter yang selalu berharap semua keinginan mereka di kabulkan. Terlalu banyak orang tua mengalihkan perhatian anak di tahun-tahun awal masa kanak-kanak anak adalah “mengalihkan perhatian” seorang anak, bukannya mengajarkan anak untuk belajar. Kata “Tidak” adalah salah satu cara yang paling berbahaya bagi orang tua untuk membesarkan seorang anak, ini secara aktif mengajarkan kepuasan semu/instan. “saya tidak ingin anak memiliki ini, jadi saya akan membujuk anak dengan sesuatu yang ia temukan bahkan lebih menarik dan diinginkannya”, ini tidak mengembangkan kekuatan karakter pada anak, ini hanya akan meneguhkan keyakinan bahwa ia dapat memiliki apapun yang ia inginkan. Selanjutnya anak akan mengalihkan perhatian dan dengan mudah merasa bosan. Seorang anak yang dibiarkan menikmati kepuasan semu/instan, merasa bosan dengan segala sesuatu yang membutuhkan komitmen dan kerja keras, anak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang berpuas diri yang hanya mencari kepuasan semu di semua sisi hidupnya.
4.  Ajarkan anak bahwa setiap tindakan memiliki konsekwensi
Seorang anak yang tidak pernah diberi tanggung jawab atas apa yang dia lakukan adalah salah, anak akan tumbuh menjadi seoraang dewasa yang tahu bagimana melarikan diri dari hal apa pun, termasuk berbohong, dan bahkan menyalahkan orang lain karena tindakannya yang adiktif. Hal ini akan memberikan dampak bagi setiap sisi lain dari hidup si anak, termasuk kehidupan rohaninya.
Ketaatan diajarkan kepada anak pada masa bayi, anak harus diajar untuk taat saat pertama kalinya mereka disuruh melakukan sesuatu dengan nada suara yang menyenangkan. Jika tidak bisa, anak secara aktif diajarkan untuk bebas dengan ketidak taatannya sampai Ayah berteriak atau Ibu menghitung “dua-tiga-perempat” baru si anak mau taat.
Anak-anak yang diajarkan batas-batas yang jelas dan wajar dan yang tahu bahwa mereka dicintai, adalah anak-anak yang bahagia dan aman, Seorang anak manja yang tidak pernah bertanggung jawab karena melakukan hal yang salah akan tumbuh dengan pikiran bahwa aturan-aturan dan hukum-hukum (termasuk hukum-hukum Allah) tidak berlaku baginya. Sikap mental seperti itu adalah undangan terbuka bagi anak untuk bertindak adiktif dan berbuat kegiatan yang merangsang.
5.  Secara aktif tanamkan nilai yang diinginkan dari anak.
Membesarkan anak diibaratkan dengan berkebun bunga dan buah-buahan, usaha-usaha yang melelahkan bersumber dari rumput-rumput liar yang tidak sedap dipandang, yang dengan berani membesarkan kepala jeleknya di tanah hati anak yang subur. Masalahnya adalah jika semua usaha yang dilakukan orang tua adalah rumput liar, hanya akan berakhir dengan sebidang tanah kotor yang tidak subur. Untuk berkebun yang indah dan produktif, bukan hanya sekedar menyiangi, tapi juga mengelolanya dengan keindahan kebun yang memiliki berbagai macam bunga, sehingga penampakan yang indah dan aroma yang wangi menarik perhatian kupu-kupu dan burung-burung. Sebuah kebun yang produktif juga akan memiliki buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman obat-obatan untuk dapat digunakan sebagai makanan. Namun, memiliki lebih dari sekedar sebidang tanah kotor yang tidak subur, membutuhkan kerja keras dan perencanaan dan secara aktif menanamkan apa yang orang tua inginkan dari anak dan kemudian memelihara apa yang telah ditanam tersebut.
Orang tua yang memiliki anak usia 18 tahun, cenderung menginginkan anaknya menjadi anak yang sopan, menghormati orang lain, pekerja keras, baik terhadap orang lain, melindungi orang-orang yang lebih kecil yang lebih lemah dari dirinya. Untuk itu orang tua perlu mulai menanamkan hal-hal tersebut di dalam karakter anak mulai dari usia dini anak dan secara aktif mengasuh mereka saat mereka bertumbuh.
6.  Memiliki “Percakapan jujur” dengan anak
Kejujuran adalah awal untuk mendapatkan belas kasih. Jangan pernah berbohong kepada anak, biarkan anak bertumbuh dengan mengetahui bahwa mereka dapat selalu datang kepada orang tuanya untuk memperoleh suatu “Kebenaran”. Jika ada sesuatu yang belum bisa diketahui diusia mereka, orang tua dapat memberi tahu mereka bahwa pertanyaan itu akan dijawab pada ketika usia anak sudah tepat untuk mengetahuinya.
Menolak untuk menjawab pertanyaan anak adalah sesuatu yang sama sekali berbeda dan akan menghancurkan kepercayaan anak pada orang tua. Bila membahas suatu hal, mulaiah dengan percakapan terbuka yang sesuai usia anak. Jika anak tidak mendapatkan informasi benar dari orang tuanya, mereka akan mendapatkannya dari teman-temannya dan yang pasti ini bukan sumber yang aman untuk  belajar nilai-nilai agama/rohani. Berbicara secara jujur kepada anak, orang tua ingin anak-anak mereka belajar nilai-nilai hidup benar dari orang tuanya, bukan dari teman-temannya.
Dengan membentuk komunikasi terbuka, jelaskan pada anak yang sedang bertumbuh tentang bahaya-bahaya tindakan adiktif dan kegiatan-kegiatan yang merangsang seperti melihat pornografi. Beritahukan kepada anak tentang bahya pornografi, jelaskan bahwa cara terbaik untuk menghindari kecanduan negatif tersebut adalah dengan berkata “jangan pernah mencobanya sejak awal”
7.  Menerapkan pernyataan “Komitmen” pada anak
Orang tua dapat menerapkan beberapa pernyataan komitmen pada anak, seperti berikut:
Komitmen Pertama: Saya (anak) memahami bahwa tindakan adiktif dan kegiatan-kegiatan merangsang adalah dosa yang dapat menghancurkan harapan dan masa depan saya.
Komitmen kedua: Saya (anak) terbuka kepada Allah dan akan terbuka kepada orang tua saya atas apa yang saya masukkan ke dalam pikiran saya melalui buku-buku, film, internet, dan apa yang saya dengarkan.
            Sebagai orang tua, sudah seharusnya bertugas untuk memantau hiburan anak, jika ini tidak dilakukan, orang tua tidak akan tahu apa yang sedang mempengaruhi anak. Konsekwensi-konsekwensi jangka panjang karena mengabaikan peran sebagai orang tua ketika anak masih remaja dapat membuat dia kehilangan pekerjaan, kehilangan pernikahan, dan kehidupannya sangat tidak bahagia serta tidak berkualitas ketika anak mencapai usia dewasa. Kebiasaan-kebiasaan yang baik diajarkan pada masa kecil anak, sebab baik atau jahat, akan tetap bersama mempengaruhi diri anak sepanjang umurnya.
8.  Mengajarkan anak tentang pengendalian diri
Dari senua prinsip pembentukan karakter yang ada disini, prinsip pengendalian diri adalah hal yang paling penting. Seorang anak yang diajarkan pengendalian diri akan tumbuh menjadi seorang dewasa yang meletakkan hukum Allah di atas keinginan pribadi, dan kewajiban di atas kepuasan pribadi. Anak yang tidak diajarkan pengendalian diri pada masa kecil akan dipaksakan kepada mereka ketika mereka lebih tua dengan paksaan-paksaan dari luar.
Seorang anak remaja yang kurang pengendalian diri dalam hal belajar dengan tekun, akan menerima nilai rapor lebih rendah, dan kemudian memiliki peluang-peluang lebih sedikit di terima dalam lapangan pekerjaan. Seorang anak dewasa yang kurang pengendalian diri dalam hal melakukan pekerjaan, tidak akan mendapat promosi dalam pekerjaannya atau ia akan langsung dipecat. Hal terburuk, seorang anak dewasa yang tidak memiliki pengendalian diri akan berakhir di penjara, negara memaksa pengendalian diri yang ia kurang miliki dengan menghapus kebebasannya dan memenjarakan dia.
Pengendalian diri anak dimulai dari bayi di pelukan ibunya. Bayi yang berusia 18 bulan (1½ tahun) yang dibiarkan melempar dengan marah marah dan berteriak dan menendang, sedang diajarkan kurangnya pengendalian diri dari awal. Seorang anak berusia 8 tahun yang dibiarkan kasar kepada saudara-saudaranya ketika ia sakit dan tidak enak badan, sedang diajarkan kurangnya pengendalian diri sejak awal. Seorang anak berusia 14 tahun yang dibiarkan menaikkan nada suaranya dan berteriak ketika marah, sedang diajarkan kurangnya pengendalian diri dari awal.
Siapapun bisa berteriak ketika marah. Seseorang tidak memerlukan kekuatan karakter saat kehilangan kendali. Namun, diperlukan pengendalian diri yang sangat besar dan karakter yang kuat untuk mempertahankan ketenangan dan pengendalian diri sesorang ketika terprovokasi.
Gagal dalam mengajarkan pengendalian diri adalah salah satu tindakan yang sangat merugikan yang dapat dilakukan orang tua pada anak. Ini terbawa sampai ke dalam setiap bagian kehidupan, termasuk kehidupan rohani. Menyerahkan kehendak kepada Allah, menolak untuk memanjakan diri dalam perbuatan dosa ketika anda benar-benar menginginkannya, membutuhkan kekuatan karakter yang hanya berasal dari pengendalian diri.
Para orang tua yang tidak melatih anak-anaknya untuk mengendalikan diri, melakukan tindakan yang sangat merugikan bagi anak-anaknya tersebut yang kelak akan membayar harga tinggi di kemudian hari.
Mungkin anda tidak memiliki kekuatan untuk mengatasi godaan pada diri anda sendiri. Kita semua memiliki bagian yang membutuhkan bantuan ilahi untuk mengatasinya. Tetapi itu membutuhkan perilaku pengendalian diri dengan memilih untuk datang kepada Tuhan untuk meminta pertolongan ketika tergoda, daripada menyerah pada godaan yang diinginkan.
Dosa selalu pertama kali dimulai dalam pikiran. Itu terpendam dalam imajinasi. Kemudian, ketika kesempatan datang, godaan di luar bertemu dengan kerusakan di dalam dan orang tersebut jatuh ke dalam dosa. Ini bisa terjadi karena kurangnya pengendalian diri.
Salah satu pekerjaan terbesar anda sebagai orang tua adalah  menanamkan pada anak-anak anda prinsip-prinsip pengendalian diri. Anak tidak pernah bisa mencapai sosok seorang pria sejati di dalam Allah selama ia diperbudak oleh keinginan-keinginan yang berubah-ubah dari sifat lemahnya.
Ketika manusia mendapat bagian dari sifat ilahi, kasih Tuhan akan menjadi prinsip yang bertahan di dalam jiwa, dan dirinya dan kekhasannnya tidak akan dipamerkan. Tapi sangat menyedihkan melihat orang-orang yang harus menjadi bejana-bejana demi kehormatan, terlibat dalam pemuasan sifat yang rendah, dan hidup di jalan yang dikutuk hati nurani. Kerusakan di dalam bersatu dengan kerusakan di luar, dan manusia yang mengaku beriman dan ber-Tuhan, jatuh ke tingkat yang rendah, selalu berduka atas kekurangan mereka, tetapi tidak pernah mengatasinya, dan luka memar iblis ada di bawah kaki mereka. Rasa bersalah dan kecaman terus meliputi jiwa, dan seolah-olah ingin berteriak, "Aku manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?" Melalui kegemaran dalam melakukan dosa, penghargaan terhadap diri sendiri hancur; dan ketika itu hilang, penghargaan terhadap orang lain berkurang, karena kita berada di bawah kesan bahwa orang lain jahat sama seperti diri kita sendiri.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar